fbpx

Pahala Memberi Makan Orang yang Lapar

Makanan adalah salah satu kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi semua ornag demi kelanjutan hidupnya. Dengan perut yang kenyang, seseorang mampu melakukan aktivitas dan berpikir dengan baik. Sebaliknya, perut kosong yang dialami oleh beberapa oknum tertentu justru mendorong tindak kriminalitas demi mengenyangkan perutnya. Namun, di tangan orang yang imannya kuat, perut kosong malah melahirkan sebuah sikap rendah hati dan melembutkan hati untuk dapat merasakan penderitaan orang lain.

Memenuhi kebutuhan perut seseorang bukan hanya tanggung jawab orang yang bersangkutan, tetapi orang lain di sekitarnya, seperti keluarga, kaum kerabat, tetangga, memiliki tanggung jawab yang sama.  Sebagai agama yang sangat memperhatikan segala aspek kehidupan manusia, Islam sangat memedulikan etika hidup berdampingan dengan sesama. Bahkan anjuran untuk saling berbagi masakan kepada tetangga pun Islam mengajarkannya. Perkara ini sesuai dengan hadits Rasulullah yang berbunyi,

Dari Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Abu Dzarr, jika engkau memasak masakan berkuah, maka perbanyaklah kuahnya dan perhatikanlah tetanggamu.” (HR Muslim)

Anjuran saling memberi makanan kepada tetangga tak hanya memiliki makna hanya untuk memberi saja. Lebih dari itu, Rasulullah menyuruh umatnya untuk terus dan saling memperhatikan kondisi tetangganya. Bukan bermakna untuk ikut campur dalam urusan rumah tangga tetangganya, melainkan untuk memastikan bahwa tetangga kita memiliki cukup makanan untuk dikonsumsi sehari-hari.

Bukan tak mungkin, ada salah satu dari tetangga kita yang sebenarnya sedang mengalami kesulitan ekonomi dan karena merasa malu dan sungkan, mereka enggan berbagi menceritakan masalahnya tersebut kepada kita. Akibatnya, ketika mereka sakit dan kelaparan pun kita tak mengetahuinya.  Lebih parahnya lagi, bisa saja ketika mereka sudah gelap mata, demi memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, mereka terpaksa melakukan tindak kriminal.

Tentu masih segar dalam ingatan kita sebuah kisah pilu yang menjadi pemberitaan di banyak media elektronik.  Seorang nenek bernama Muntiah yang juga menderita lumpuh di daerah Lamongan Jawa Timur ini ditemukan terkapar kelaparan di dalam gubuknya diduga karena kelaparan. Sontak saja, banyak yang warga sekitar begitu mendengar kabar mengejutkan tersebut langsung mendatangi gubuk Nenek Muntiah itu untuk memberi makan dan bahu-membahu mengurusnya. Kabarnya, nenek yang berusia 80 tahun ini terlunta-lunta karena kelalaian keponakan yang mengurusnya selama ini.

Hal ini tentu tak perlu terjadi kalau saja para tetangganya dan juga pejabat berwenang setempat mau meluangkan waktu sejenak untuk rutin menengok keadaan beliau.  Inilah yang menjadi salah satu perhatian Rasulullah. Lewat sabda beliau tadi, kita harusnya mampu memperhatikan para tetangganya meskipun dengan sayur yang diberi kuah banyak. Memberi makanan kepada tetangga, terutama mereka yang memang benar-benar sedang membutuhkan uluran tangan merupakan sebuah perbuatan yang sangat terpuji. Bahkan, dalam sebuah hadits, orang memberi makanan kepada mereka yang kelaparan termasuk ke dalam golongan orang yang paling mulia.

“Sesungguhnya orang terbaik di antara kalian adalah orang yang memberi makan.” (HR. Thabrani). Seorang laki-lai bertanya kepada Nabi SAW, “Perbuatan apa yang terbaik di dalam Islam?” Nabi SAW menjawab, “Kamu memberi makan kepada orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Di akhirat kelak, Allah akan memuliakan mereka yang gemar memberi makan orang lain. Allah akan siapkan kamar-kamar khusus yang begitu indah di dalam surga. Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya di surga terdapat sejumlah kamar yang bagian luarnya terlihat dari bagian dalamnya dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya. Lalu seorang Arab Badui berdiri lalu bertanya, “Ya Rasulullah untuk siapa kamar-kamar itu?” Nabi SAW menjawab, “…untuk orang yang memberi makan …” (HR. Tirmidzi).

Tak hanya itu, Allah juga akan memberikan pintu khusus yang hanya bisa dimasuki oleh mereka yang selama hidupnya di dunia gemar memberi makan orang lain hingga rasa laparnya hilang. “Barangsiapa yang memberi makan kepada seorang mukmin  hingga membuatnya kenyang dari rasa lapar, maka Allah akan memasukkannya ke dalam salah satu pintu surga yang tidak dimasuki oleh orang lain.” (HR. Thabrani).

Bahkan, saking mulianya amalan sederhana ini, Nabi Ibrahim rela melakukan perjalanan jauh sepanjang 1-2 Mill hanya untuk mencari seseorang yang dapat ia ajak untuk makan bersama beliau.

Memberi makanan kepada orang lain, terutama mereka yang kelaparan tidak perlu menunggu kaya apalagi berlimpah harta. Membuat perut mereka kenyang tak lantas harus melulu makanan yang mahal nan mewah. Cukuplah makanan yang seperti kita makan sehari-hari. Namun, jika Allah sedang menitipkan rezeki yang lebih dari biasanya, bolehlah kita ikut membagi rezeki itu kepada mereka yang membutuhkan dengan cara memberi makanan yang lain daripada biasanya.

Memberi makan kepada sesama tidak akan membuat jatah beras kita berkurang. Pun tidak akan membuat pengeluaran harian kita membengkak. Justru, neraka akan memadamkan apinya untuk kita. Rasulullah bersabda, “Api neraka merasa takut walaupun dengan sebiji kurma (yang kalian berikan untuk orang yang lapar).” (HR. Bukhari)

Mengenyangkan perut mereka yang kelaparan sama saja dengan bertransaksi dengan Allah. Orang yang bertransaksi kepada Allah tidak akan pernah merasakan kerugian sekecil apapun. Orang yang sedang berjual beli dengan Allah sejatinya sedang menukar harta duniawinya dalam bentuk pahala yang bisa ia gunakan di hari akhir kelak. Allah berfirman dalam sebuah hadits qudsi yang artinya, “Wahai anak Adam, Aku minta makan kepadamu, tetapi kamu tidak mau memberikan makan kepada-Ku”. Orang itu bertanya, “Wahai Tuhan, bagaimana caranya aku memberi makan kepada-Mu, sedang Engkau Tuhan penguasa alam semesta?”

Allah menjawab, “Ketahuilah, apakah kamu tidak peduli terhadap seorang hamba-Ku, yakni si fulan. Ia telah datang meminta makan kepadamu, namun kamu tidak memberinya makan. Ketahuilah, sekiranya kamu mau memberinya makan, maka kamu akan mendapati-Ku di sisinya.” (HR. Muslim).

Begitu banyak jalan dan cara untuk bersedekah. Sedekah melibas batas antara waktu, usia, gender, status sosial, tingkat pendidikan, keadaan ekonomi, dan segala bentuk pengkastaan yang dibuat oleh masyarakat. Semua orang bisa bersedekah. Semua orang bisa bersedekah dengan cara apapun yang ia mampu melakukannya. Bersedekah tak melulu menyoal banyaknya harta yang dimiliki. Bukankah Allah sendiri yang sudah menjanjikan begitu banyak kemuliaan ketika kita bersedekah di saat diri sendiri sedang mengalaminya kesulitan?

Bersedekahlah dan istiqomahlah dalam menjalankannya. Mulai saja dari hal-hal kecil dan dari ruang lingkup yang terdekat. Buka dan lembutkanlah hatimu untuk bisa memahami dan memperhatikan lingkungan sekitar; adakah di antara mereka yang sedang kesulitan memenuhi kebutuhan dasar hidupnya? Apalagi di saat sulit seperti ini; di mana pandemi menghantam perputaran ekonomi di semua lini masyarakat, sudah barang tentu banyak yang untuk sekadar mengganjal perutnya saja mereka kesulitan.

Ingatlah, di balik semua musibah selalu tersimpan hikmah dan juga tambang pahala yang sayang bila kita lewatkan begitu saja. Masa pandemi adalah kesempatan emas bagi kita untuk mendulang pahala sebanyak mungkin. Sisihkan sebagian rezeki yang masih Allah titipkan kepada kita. Berikan haknya kepada mereka yang sangat memerlukan perhatian kita. Penting untuk disadari, bahwa setiap kebaikan akan selalu kembali pulang kepada pengamalnya. Sedekah yang kita berikan, sejatinya akan terus kembali kepada kita dalam bentuk begitu banyak kebaikan yang akan kita dapatkan.

Cari dan raihlah rahmat dan ridho Allah di antara mereka; mereka yang sedang menahan harga dirinya untuk tidak meminta-minta belas kasihan kepada sesamanya; mereka yang sedang bertarung mempertahankan keimanan dengan kenyataan bahwa semakin hari semakin menyulitkan; mereka yang tetap tangguh bertahan untuk tidak mengambil jalan pintas melalui tindak kriminal.

Penulis,
(Dessy)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL