fbpx

Obat Hati Dengan Dzikir

 Kecuali Nabi Muhammad, tidak ada seorang pun yang luput dari kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Juga, tak seorang pun, termasuk Nahi Muhammad, yang terlewat dari kesedihan dan gundah gulana. Setiap kita pasti pernah mengalami titik terendah dalam hidup; merasa bahwa kitalah hamba Allah yang paling menderita. Hati rasanya sesak, pikiran seolah buntu, pandangan mata seakan terbatas dan tak satupun jalan keluar dapat terlihat.

Semua itu wajar dialami oleh manusia. Seperti yang pernah kita bahas sebelumnya, setiap ujian yang Allah timpakan kepada seorang hambaNya merupakan tanda bahwa hamba tersebut sedang dicintai oleh Penciptanya. Juga, tak ada satu kesedihan atau kesakitan sedikit pun yang tidak bermaksud untuk menggugurkan dosa-dosa seorang hamba. Syaratnya hanya tiga; memasrahkan diri sepenuhnya hanya kepada Allah, mempercayai bahwa Allah-lah tempat sebaik-baiknya berkeluh kesah, dan ikhlas serta bersyukur atas semua yang terjadi dalam kehidupan kita. Jika ketiga syarat sudah mampu kita hadirkan dalam kehidupan kita, maka Allah akan menurunkan rahmatNya dan menolong hambaNya tersebut. Begitu adil dan indah kasih sayang Allah terhadap semua hambaNya. Sekarang, tinggal kita sendiri yang harus memilih, mau terus menerus berputus asa dari rahmat Allah atau memilih untuk mengejar ridho dan rahmatNya?

Allah berfirman dalam surah Ar-Ra’d ayat 28 yang artinya, “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.”

Ketika hati sedih, gundah, resah, bingung, sakit, tak ada cara dan jalan lain selain mengingat dan mengembalikan semuanya kepada Allah. Mengingat Allah tak hanya sekadar ingat bahwa Allah ada, bahwa Allah Sang Maha Pencipta. Sekali lagi bukan hanya mengenai hal itu. Lebih jauh lagi, mengingat Allah adalah bagaimana kita bisa kembali pada kesadaran dan keyakinan bahwa Allah-lah satu-satunya Zat yang memungkinkan semua perkara, baik itu perkara membahagiakan atau menyedihkan, terjadi. Mengingat Allah berarti menuntut diri ini untuk terus mempercayai Allah bahwa setiap perkara yang terjadi atas hidup seorang hamba adalah atas izin Allah. Mengingat Allah berarti menyadari bahwa selalu ada pelajaran bagi yang mau memahami arti di balik semua peristiwa yang menimpa seorang hamba agar tidak kembali mengulang kesalahan yang sama. Mengingat Allah berarti mempercayai bahwa musibah selalu datang bersama jalan keluarnya dan penyakit selalu bertamu bersama dengan obatnya.

Bagaimana cara kita agar selalu ingat kepada Allah?  Berdzikirlah atau perbanyak mengingat Allah. Sebagaimana dengan keimanan yang harus diyakini dalam hati, diikrarkan melalui mulut, dan dibuktikan dengan tindakan, berdzikir juga seperti itu. Ketika hendak mengingat Allah atau dzikrullah, kita harus menyakini hal-hal yang terlah dijelaskan pada paragraf sebelumnya dalam hati. Setelah hati kita berada pada keyakinan yang benar dan tepat (baca: Allah), kita bisa berdzikir melalui lisan kita. Ada beberapa pilihan bacaan dzikir yang bisa kita jadikan amalan beserta keutamaannya masing-masing. Kalimat-kalimat tersebut adalah:

  1. Lafal Dzikir 1

سُبْحَانَ اللَّهِ ووَبِحَمْدِه

Subhaanallaahi wa bihamdih.

Maha Suci Allah, aku memujiNya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

  1. Lafal Dzikir 2 (Dua Kalimat Yang Ringan Di Lisan, Berat Di Timbangan)

سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيْمِ

Subhaanallaahi wa bihamdih, subhaanallaahil ‘azhiim.

Maha Suci Allah, aku memujiNya, Maha Suci Allah Yang Maha Agung. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

  1. Lafal Dzikir 3 (Empat Kalimat Yang Dicintai Allah)

سُبْحَانَ اللَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ

Subhaanallaah, wal hamdulillaah, wa laa ilaaha illallaah, wallaahu akbar.

Maha Suci Allah, Segala Puji bagi Allah, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, Allah Maha Besar. (HR. Muslim)

  1. Lafal Dzikir 4

سُبْحَانَ اللَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

Subhaanallaah, wal hamdulillaah, wa laa ilaaha illallaah, wallaahu akbar, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah.

Maha Suci Allah, Segala Puji bagi Allah, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, Allah Maha Besar, Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.

  1. Lafal Dzikir 5 (Seperti Memerdekakan Budak)

لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Laa ilaaha illallaah, wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamd, wa huwa ‘alaa kulli syai-in qodiir.

Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

  1. Lafal Dzikir 6 (Doa Dan Dzikir Terbaik)

Sesungguhnya doa yang terbaik adalah membaca:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ

Alhamdulillaah.

Segala Puji bagi Allah.

Sedang dzikir yang terbaik adalah:

لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ اللَّهُ

Laa ilaaha illallaah.

Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah. (HR. At-Tirmidzi)

Selain berdzikir dengan mengucapkan kalimat-kalimat tersebut, kita juga bisa berdzikir dengan merutinkan diri membaca Al-Qur’an.  Seperti firman Allah dalam surah Az-Zumar ayat 23 yang artinya, “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka ketika mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat memberi petunjuk.”

Tahap selanjutnya dari berdzikir adalah dengan membuktikannya melalui perbuatan. Seluruh perbuatan yang dilakukan dengan mengucapkan basmalah ketika hendak memulainya dan mengakhirinya dengan mengucap hamdalah adalah dzikir. Bersekolah, bekerja, belajar, mengurus rumah tangga, mengurus anak, bersilaturahim, dan segala macam bentuk aktivitas yang dimulai dan diakhiri oleh kedua ucapan tersebut serta bertujuan dan hanya menyandarkan niatnya kepada Allah semata, maka aktivitasnya tersebut bernilai dzikir. Mengapa demikian?

Hal ini tak luput dari permasalahan kadar keimanan seorang hamba. Semakin tinggi keimanan seseorang, maka ia semakin mempercayai dan menyadari bahwa segala aktivitasnya hanya mungkin dapat dilakukan atas kehendak  dan izin Allah. Dengan kata lain, hamba tersebut telah menyertakan dan menghadirkan Allah dalam setiap nafas dan langkahnya. Tentu hal ini tidak akan terjadi apabila orang tersebut tidak cukup memiliki keimanan yang kuat. Bagaimana bisa seseorang menghadirkan Allah dalam tiap kegiatan sedangkan ia lupa atau bahkan tidak meyakini bahwa Allah-lah yang Maha Kuasa atas seluruh hidupnya?

Dampak dari senantiasa mengingat, menyadari, mempercayai, dan menghadirkan Allah dalam setiap urusan seorang hamba adalah hamba tersebut akan sangat hati-hati dalam berlaku dan berbicara. Tidak akan perilaku yang melampaui batas dan tidak ada ucapan yang menyakitkan yang keluar dari mulutnya. Seluruh kegiatannya pun bernilai ibadah dan sedekah, di luar ibadah wajib yang telah disyariatkan, seperti sholat lima waktu dan membaca Al-Qur’an.

Selain itu, dengan melakukan ketiga rangkaian berdzikir tersebut, yang akan didapatkan oleh seseorang adalah ketenangan hati dan jiwa. Pikiran yang awalnya runyam pun akan mampu kembali berpikir dengan jernih dan sehat. Hati dan perasaannya kembali lapang. Pandangannya pun luas. Ia tak lagi dipeluk keputusasaan yang membelenggunya. Dengan berdzikir, ia baru menyadari bahwa Allah akan selalu ada untuknya; Allah yang akan membereskan semua permasalahannya; Allah sendirilah yang akan langsung turun tangan membebaskannya dari musibah yang pelik.

Pembaca yang in syaa Allah dirahmati Allah, janganlah kita lari dari masalah sebagaimana kita terbiasa lari dari rahmatNya. Masalah dan musibah sudah menjadi sunnatullah dan kita akan terus hidup beriringan dengannya. Namun, perlu kita ingat, bahwa setiap musibah yang selalu menyapa akan datang bersama solusinya; bahwa setiap penyakit yang hinggap akan selalu bertamu bersama obatnya; bahwa setiap air mata yang kerap menetes akan selalu menghadirkan senyum bahagia di akhir cerita. Tentu semua itu dapat kita raih hanya jika kita ikhlas mengingat Allah; mengobati hati yang terluka dan merapuh dengan berdzikir kepada Allah.

Penulis,
(Dessy Husnul Q)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL