fbpx

Mensyukuri Karir Pekerjaan

Setiap kita pasti mendambakan kehidupan ideal sesuai dengan imajinasi dan rancangan mimpi yang kita cita-citakan. Entah sisi kehidupan masalah pendidikan, karir, percintaan, keuangan, kecantikan, keluarga, dan pertemanan. Manusia selalu memiliki tolok ukur sendiri sebagai ukuran idealisme kehidupan yang diimpikan dan standardisasi masyarakat secara umum. Misalnya perkara kecantikan yang diimpikan setiap wanita kurang lebih selalu sama, padahal sebetulnya cantik itu sebuah relativitas. Standar cantik selalu berbeda tiap masing-masing orang tetapi wanita selalu menyandarkan ukuran kecantikan pada kacamata umum seperti tinggi, putih, langsing, rambut panjang dan lurus, gigi putih bersih nan rapi bak model papan atas. Akhirnya hampir sebagian besar wanita di dunia berbondong-bondong mengejar standar kecantikan yang padahal tidak pernah ada yang menyepakati sama sekali. Contoh lainnya ialah tentang standardisasi pekerjaan atau karir yang ideal. Pandangan umum masyarakat kerap menyandarkan ukuran kesuksesan dan kemapanan seseorang adalah yang telah menyelesaikan 12 tahun sekolah (SD, SMP, dan SMA), kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi, dan harus negeri yang populer jika ingin terpandang, lalu lulus tepat waktu dengan predikat cumlaude. Tidak cukup sampai di situ, seseorang akan dipandang sukses dengan karir gemilang dan menyabet gelar kemapanan jika setelah selesaikan perguruan tinggi ia berhasil menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) atau menjadi karyawan BUMN. Di luar karir itu, pekerjaan hanya dipandang sebagai pekerjaan biasa dan bukan raihan standar kemapanan seseorang. Sungguh keras dan tidak adil jika terus menerus kita mengejar standardisasi kesuksesan dalam kacamata orang lain atau pandangan umum masyarakat. Tidak akan ada habisnya dan sungguh pada dasarnya sifat manusia ialah tidak pernah puas. Lantas karir pekerjaan seperti apakah yang harus kita kejar? Dan bagaimana cara mensyukuri karir pekerjaan yang kita miliki saat ini?

Mari kita simak bersama firman Allah dalam QS: Al-Qashash : 77 yang artinya, “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah Allah anugerahkan kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada oranglain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.”

Juga QS: Al-Mulk : 15, “Dialah yang menjadikan untuk kamu bumi yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”

Dua ayat Quran ini menjelaskan tentang keharusan mencari rezeki Allah di muka bumi yang salah satu upayanya ialah dengan bekerja atau berkarir dalam bidang apapun. Allah tidak menyebutkan pekerjaan yang layak, yang meninggikan derajat manusia, seperti harus menjadi Pegawai Negeri Sipil atau yang lainnya. Yang diperintahkan Allah hanyalah bertebaran dan mencari rezeki yang Allah sebar di seluruh penjuru dunia. Kita diperintahkan untuk menjelajahi isi bumi untuk mencari dan memakan sebagian rezeki. Lalu bersamaan dengan itu, kita pun diperintahkan untuk tidak berbuat kerusakan di bumi karena Allah amat membenci ornag-orang yang berbuat kerusakan.

Maka berdasarkan pada dua ayat Quran tadi seyogiayanya manusia melaksanakan perintah Allah untuk terus berjalan di muka bumi mencari rezeki dalam bentuk apapun. Tentu yang halal dan dengan cara yang Allah ridai. Pentingnya kehalalan dan ketoyyibahan sumber rezeki yang kita dapatkan berpengaruh pada kedalaman akidah dan tinggi akhlak suami, istri, serta anak-anak kita di rumah yang menerima rezeki tersebut. Jika sumber rezeki yang kita dapatkan halal maka apa-apa yang dimakan suami, istri, dan anak kita akan halal dan baik pula. Kehalalan itu akan menjadi kebaikan untuk tumbuh kembang anak-anak, akan menjadi daging yang memberkahi kehidupannya. Membantu akalnya berpikir baik tentang keesaan Allah dan memengaruhi hatinya untuk memahami keagungan Allah dalam ciptaan-Nya. Dampak sebaliknya, jika harta dan rezeki yang kita cari mengandung unsur dosa dan keharaman maka segala yang dikonsumsi dan diperoleh keluarga kita, baik suami, istri, dan anak adalah aliran dosa, keharaman, dan kemaksiatan. Ketika mengonsumsi sumber rezeki yang haram maka daging hanya akan menjadi daging dan kotoran. Tidak akab bernilai baik dan manfaat bagi tubuh. Pengaruh besar lainnya ialah mengonsumsi sumber rezeki haram tadi dapat mematikan hati dan menghambat berkembangnya akal untuk menerima bukti Keesaan dan Keagungan Allah. Jasmani dan rohani orang-orang yang terbiasa mengonsumsi barang dari sumber rezeki yang haram akan sulit membaca dan memahami ayat-ayat Allah. Baik ayat kauniyah atau ayat-ayat Qauliyah Allah.

Dengan gambaran demikian tentang pentingnya mencari rezeki halal yang diridai Allah maka sepatutnya membuat kita sadar untuk mensyukuri segala karunia yang telah Allah beri pada kita sampai hari ini. Baik itu berupa kesehatan, keluarga, pendidikan, maupun karir pekerjaan. Pun besar atau kecilnya, wajib kita syukuri, jika semua yang kita raih sesuai dengan rida Allah dan bersumber dari rezeki yang halal barokah. Ada sebuah hadits tentang syukur dan sabar, dilansir dari dalam “Buku Pintar Hadits Edisi Revisi” oleh Syamsul Rijal Hamid. Hadits ini disampaikan oleh Ibnu Amr RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua watak yang apabila keduanya terdapat dalam diri seseorang, maka Allah mencatatnya sebagai orang yang sabar dan bersyukur. Yakni, seseorang yang jika melihat orang lain lebih pintar atas dirinya dalam masalah agama, ia mengikutinya. Dan jika melihat orang lain lebih sulit darinya, lalu ia memuji Allah SWT atas karunia yang diterimanya. Orang seperti inilah yang dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersabar dan bersyukur.”

Inilah alasan betapa menakjubkannya urusan muslim dan mukmin yang beriman pada Allah. Ia akan menyandarkan seluruh urusan hidup pada dua sikap, yakni sabar dan syukur. Sebab sabar dan syukur adalah kunci. Kunci kesuksesan dan keberhasilan hidup serta bukti manifestasi dari keimanan pada Allah, RasulNya, dan takdirNya.

Setiap kita tentu menyadari bahwa jutaan umat manusia di dunia ini masih diuji kesulitan pada masa pandemi Covid-19 yang sejak Maret 2020 lalu menyerang beberapa belah dunia. Wabah besar ini belum menurun grafiknya dan belum tersudahi penderitaannya. Hanya kita yang beriman saja yang akan menyikapi wabah ini sebagai ujian dan nikmat Allah agar kita tetap sabar dan bersyukur. Pada masa sulit seperti saat ini tentu tidak mudah lagi mencari dan mendapatkan karir pekerjaan yang sesuai dengan impian ideal kita. Banyak rekan yang dipotong gajinya, tertunda gajinya, diPHK, atau bahkan masih tak kunjung mendapatkan pekerjaan yang layak. Jika sampai saat ini saja kita masih memiliki pekerjaan baik dan halal untuk menghidupi keluarga tercinta kita maka sepantasnya kita bersyukur. Tidak ada yang tahu buah dari syukur dan sabar kita atas ujian yang Allah beri akan sebesar apa kita raih di masa yang akan datang nanti. Semua hanya menjadi misteri. Kita sebagai manusia dan hamba Allah hanya diperintahkan untuk berjalan dan mengais rezeki, setiap hari, setiap waktu lalu mensyukuri sebesar dan sekecil apapun bentuk rezekinya. Kita hanya diminta berjalan saja bukan berhasil. Mungkin saja dengan rasa sabar dan syukur kita yang besar tiap harinya pada Allah, ia akan melipatgandakan rupa rezeki kita. Bukan saat ini, bukan juga besok atau lusa, tapi mungkin nanti. Di waktu yang tepat yang tidak dapat kita perkirakan. Di waktu dan dari arah yang tidak pernah kita sangka sama sekali. Saat itulah Allah datangkan limpahan rezeki sebagai buah dari benih sabar dan syukur yang kita tanam sejauh dan selama ini. Saat itu, Allah hadirkan kita karir pekerjaan yang selama ini kita dambakan berkat lamanya penantian dan besarnya perjuangan kita bertebaran di muka bumi Allah mengais rezeki. Karir pekerjaan yang ideal dalam kacamata kita, yang kita dambakan selama ini, yang dalam waktu bertahun-tahun kita coba raih dan upayakan, yang di dalamnya terdapat upah yang banyak dan akan banyak bermanfaat pula untuk keluarga dan masa depan. Tidak lupa, karir pekerjaan itu yang mudah-mudahan saja bukan saja besar upahnya tapi juga luas keberkahannya bagi suami, istri, anak-anak, cucu, dan banyak orang di sekeliling kita. Sesungguhnya keberkahan pekerjaan adalah dambaan hakiki semua umat manusia di dunia.

Yuk Sedekah melalui www.maiberbagi.or.id

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL