fbpx

Mengejar Pahala Bermodal Harta

Sahabat, apa yang Anda pahami tentang harta? Berapa banyak harta yang Anda miliki? Dari mana Anda mendapatkan harta tersebut? Apakah harta yang Anda klaim sebagai harta milik Anda itu mampu memberikan banyak kebahagiaan dan pahala untukmu bahkan ketika sudah meninggal?

Harta yang sedang ada di kita sepenuhnya bukanlah milik kita. Uang yang Anda gunakan untuk bersenang-senang, banyaknya investasi yang Anda ikuti atau bahkan berbagai properti yang beratasnamakan kita nyatanya tidak dapat kita bawa menmani kita di akhirat. Pun juga tabungan rupiah, emas, mobil, dan perusahaan bukanlah milik kita meskipun semua administrasinya atas nama kita. Semua itu mau tidak mau akan diberikan kepada ahli waris jika kita meninggal dan ingatlah bahwa kita hanya dikuburkan dengan selembar kain kafan saja yang harganya tak seberapa. Lantas mana harta yang sepenuhnya milik kita?

 

 

Rasulullah telah mengabarkan kita mengenai hal ini melalui sebuah hadits, ”Berkata Bani Adam, ’Ini hartaku. Ini hartaku’.” Lalu Rasulullah bersabda, ”Kamu tidak memiliki harta apapun kecuali sedekah yang telah engkau keluarkan atau makanan yang telah engkau makan, atau pakaian yang telah engkau pakai yang telah usang. Maka itulah milikmu.”

Dari hadits tersebut dapat kita ketahui bahwa harta kita hanya tiga jenis, yaitu harta yang dikeluarkan untuk makan, membeli makanan, dan bersedekah. Harta yang dikeluarkan untuk makan dan membeli pakaian tidak akan memberikan pahala ketika kita sudah meninggal. Lain halnya dengan harta yang kita keluarkan untuk bersedekah. Dengan pengelolaan yang baik, sedekah kita akan memiliki umur yang panjang sehingga dapat memberikan banyak manfaat bagi para penerima sedekah dan juga pahalanya akan terus mengalir ke kita meskipun kita sudah meninggal nanti. Pahala dari harta yang disedekahkan murni menjadi milik kita tanpa harus kita wariskan ke siapapun. Pahala inilah yang akan mengantarkan kita ke surga Allah. Sahabat, inilah harta kita yang sebenarnya; harta yang disedekahkan.

Lalu bolehkah kita mengharapkan pahala atas harta yang telah kita sedekahkan? Bukankah salah satu syarat sedekah yang diterima adalah ikhlas? Apakah dengan mengharapkan pahala sedekah kita tidak diterima?

Allah berjanji  akan mengganjar dengan pahala setiap apa amal perbuatan yang baik. Pun halnya dengan sedekah. Allah sendiri yang telah menjanjikan pahala yang berlipat ganda atas harta yang telah disedekahkan. Hal ini telah Allah jelaskan dalam surah Al-Hadid ayat 18 yang artinya, ”Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan melipatgandakan (pembayaran oleh Allah) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.”

Rasulullah juga telah menjelaskan ganjaran sedekah dapat mendekatkan kita dengan surga seperti yang tertera dalam hadits berikut ini, ”Orang yang pemurah (gemar bersedekah) itu dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, dan jauh dengan neraka. Adapun orang yang kikir, maka jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga dan dekat kepada neraka (siksaan Allah).” (HR. Tirmidzi dan Baihaqi).

Banyak ayat Al-Qur’an dan hadits yang menjelaskan tentang keutamaan bersedekah serta ganjarannya. Maka, sudah seharusnya kita mengharapkan pahala yang banyak atas harta yang disedekahkan. Mengharapkan balasan dari Allah tidak membuat kita menjadi tidak ikhlas. Justru, orang yang ikhlas itu adalah mereka yang tidak mengharapkan balasan kecuali balasan dari Allah.

Sebagai orang yang beriman, kita wajib meyakini bahwa setiap harta yang kita sedekahkan akan Allah balas dengan banyak kebaikan, seperti sembuhnya suatu penyakit, terhindarnya kita dari masalah, terhapusnya dosa-dosa kita, berlipat gandanya rezeki yang akan kita dapat hingga  pahala yang dapat menolong kita di akhirat nanti. Bukankah manusia hanya akan mendapat apa yang dia harapkan? Kalau kita tidak mengharapkan apa-apa, maka tiap perbuatan baik yang kita lakukan tidak akan memiliki nilai. Pun kalau kita mengharapakan pahala atas sedekah yang kita keluarkan, in syaa Allah, Allah akan mengganjarnya dengan pahala.

Sahabat, karena mengharapkan pahala bukan berarti kita tidak ikhlas, sudah sebaiknya kita berlomba-lomba bersedekah; berlomba mengumpulkan pahala; berlomba mengumpulkan harta yang akan menjadi milik kita seutuhnya dan selamanya. Hal ini pernah dicontohkan oleh kedua sahabat Rasulullah, Abu Bakar dan Umar bin Khatttab yang pernah berlomba bersedekah di jalan Allah.

Menjelang Perang Tabuk, Rasulullah memerintahkan kepada mereka untuk mengeluarkan sedekah terbaiknya. Keduanya pun langsung berlomba meraih pahala terbanyak. Keduanya pun mempersiapkan sedekah terbaik mereka. Ketika Umar ditanya Rasulullah apakah ada harta yang ia tinggalkan untuk keluarganya, Umar menjawab, ”Saya tinggalkan mereka setengah dari harta saya.”

Kemudian Rasulullah menanyakan pertanyaan yang sama kepada Abu Bakar. Abu Bakar menjawab dengan mantap, ”Saya meninggalkan kepada mereka Allah dan RasulNya.” Umar pun kaget mengetahui bahwa Abu Bakar menyedekahkan semua hartanya di jalan Allah. Ia pun berkata, ”Saya tak aka pernah dapat mengalahkan Abu Bakar.” Ma syaa Allah

Berlomba-lomba dalam kebaikan sudah mendarah daging di kehidupan para sahabat karena mereka sangat yakin akan ganjaran yang Allah berikan. Yakin terhadap janji Allah membuat mereka tidak kesulitan menjalani hidup dan kekurangan harta sekalipun seluruh harta sudah mereka sedekahkan. Mereka paham bahwa harta mereka yang sesungguhnya adalah apa yang mereka keluarkan untuk bersedekah.

Sahabat, setelah kita meninggal nanti, semua urusan kita akan terputus kecuali tiga hal, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak sholeh. Sedekah jariyah yang kita keluarkan akan terus mengalirkan pahala untuk kita dan manfaat untuk yang masih hidup selama sedekah itu dikelola dengan baik. Bersedekahlah dengan hartamu, maka Alah akan memberimu banyak pahala yang dapat menolongmu di akhirat nanti. Sedekahkanlah hartamu, maka harta itu akan kekal abadi.

Janganlah kita menjadi manusia yang merugi dunia akhirat. Meskipun kita memiliki banyak tabungan, investasi, saham, bahkan properti atas nama kita, sejatinya kita akan tetap menjadi manusia yang merugi dunia akhirat karena tidak bersedekah. Semua itu tidak akan bisa kita bawa menemani kita di tanah kubur; tidak akan bisa menyelamatkan kita dari api neraka; tidak akan bisa membukakan pintu surga. Semua itu hanya akan meninggalkan kemudhorotan karena tak jarang banyak anggota keluarga yang memperebutkan harta warisan. Orang-orang yang seperti itu adalah orang yang merugi dunia akhirat. Dengan hartanya, di dunia ia meninggalkan masalah kepada keluarga yang masih hdup dan di akhirat ia tak punya pahala untuk menolongnya masuk surga. Naudzubillah min dzalik.

Semua rupiah yang kita sedekahkan akan menjadi penolong di akhirat nanti karena pada akhirnya yang akan kita bawa mati hanyalah pahala, bukan harta. Mari kita tukar harta yang sekarang sedang Allah titipkan kepada kita dengan pahala yang sifatnya kebal. Rasulullah telah mengabarkan dalam haditsnya tentang keutamaan ganjaran pahala, ”Barangsiapa bersedekah satu biji kurma dengan syarat dari harta yang halal bukan harta yang haram karena Allah, maka Allah akan memelihara sedekah tersebut sebagaimana kalian melihat anak kuda kalian sehingga sedekah itu akan menjadi besar seperti gunung.” (HR. Abu Hurairoh)

Dalam hadits tersebut, Rasulullah menjelaskan bahwa bersedekah hanya dengan sebutir kurma, Allah akan menjaganya dan melipatgandakan hingga sebesar gunung, seperti halnya kita memlihara seekor anak kuda yang kita pelihara hingga menjadi kuda dewasa.

Kalau sedekah dengan sebutir kurma saja Allah ganti dengan pahala sebesar gunung, bagaimana dengan sedekah dengan jumlah yang lebih besar? Masihkah kita mau menjadi manusia yang rugi dunia akhirat? Mari kita berlomba-lomba bersedekah, meraih pahala sebanyak mungkin dan menjadi manusia paling beruntung di dunia akhirat. (DHQ)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL