fbpx

Maksiat Setelah Bertaubat

Manusia tempatnya salah dan khilaf dan dua hal itulah yang menjadi ujian bagi hamba Allah yang satu ini. Menyadari kesalahan yang diperbuat tidaklah cukup menjadikan seseorang bertaubat. Betapa banyak orang yang menyadari dirinya berkubang di dalam lumpur kemaksiatan bahkan ia jadikan sumber matapencahariannya sehari-hari. Namun apa yang terjadi? Mereka bahkan semakin jauh terperosok ke dalam jurang tersebut dan menikmatinya. Lebih jauh lagi, lama kelamaan mereka terbiasa dan menganggap maksiat itu hal yang lumrah. Hati nuraninya mati untuk dapat merasa bersalah dan berdosa. Hati kecilnya telah menumpul untuk dapat menerima hidayah yang bisa saja selalu ada di sekitarnya.

Orang yang demikian telah Allah angkat keberkahan dalam hidupnya. Allah angkat rasa bersalah dalam dirinya karena awalnya dia sendiri yang menutup mata dari kebenaran yang Allah turunkan di sekitarnya. Ia tak mengenal taubat. Baginya, maksiat yang selalu ia lakukan adalah satu-satunya hidup yang ia miliki dan ia kenal. Apakah ada orang yang lebih parah dari golongan ini?

Jika kita menganggap golongan tersebut sudah sangat parah, tahan dulu pendapatmu ini. Mari kita berharap bahwa kehidupan kelamnya itu baru satu babak dari banyak fase yang harus mereka lalui. Bisa saja di kemudian hari mereka benar-benar tersentuh oleh sesuatu yang akhirnya membuat mereka mengentaskan diri dari lubang kemaksiatan. Bisa jadi suatu hari nanti, Allah memeluk mereka dengan penuh kasih sayang karena taubat nasuha yang mereka amalkan.

Ternyata ada lagi golongan manusianya yang lebih parah dari mereka. Mereka ialah golongan orang yang kembali bermaksiat setelah sebelumnya sempat bertaubat. Ya. Seolah maksiat sudah menjadi candu yang mendarah daging hingga sangat sulit keluar dari lingkaran setan tersebut. Namun, apakah itu berarti ia terputus dari rahmat Allah?

Rahmat Allah terhadap hambaNya tak pernah terputus. Hanya saja, seringkali seorang hamba lalai dan mengabaikan kebaikan Allah tersebut. Ia sibuk mengejar duniawi demi memuaskan hawa nafsunya. Allah terus menerus memberikan kasih sayang dan petunjuk kebenaran lewat orang-orang di sekitarnya, tapi ia justru semakin jauh berlari menghindari hidayah yang semestinya dapat ia raih.

Allah selalu mengampuni dosa-dosa sebesar apapun yang diperbuat oleh hambaNya dengan catatan si pendosa itu mau mengakui, menyadari, dan bertaubat atas kesalahannya. Bahkan, dosa syirik pun Allah ampuni asalkan si pelaku benar-benar menyadari kesalahannya dan bertaubat dengan taubatan nasuha. Lantas, ia buktikan dengan kembali menjalankan semua perintahNya dan menjauhi semua laranganNya. Ia kembali tunduk dna memasrahkan diri hanya kepada Allah, Zat yang Maha Esa.

Allah selalu mengampuni dosa-dosa hambaNya. Allah Maha Pemaaf. Ketika kita bergelimang dosa dan segera memohon ampunanNya, Dia akan segera mengampuni dos-dosa kita. Lalu kita kembali khilaf dengan masih melakukan dosa yang sama atau bahkan lebih besar. Lagi-lagi Allah kembali mengampuni kita. Begitu terus sebaliknya. Rasulullah menderita sebuah kisah dalam salah satu haditsnya mengenai sifat Allah yang Maha Pemaaf ini.

Ada seorang hamba yang berbuat dosa lalu ia berkata: ‘Ya Rabbi, aku telah berbuat dosa, ampunilah aku’. Lalu Allah berfirman: ‘Hambaku mengetahui bahwa ia memiliki Rabb yang mengampuni dosa’. Lalu dosanya diampuni. Dan berjalanlah waktu, lalu ia berbuat dosa lagi. Ketika berbuat dosa lagi ia berkata: ‘Ya Rabbi, aku telah berbuat dosa lagi, ampunilah aku’. Lalu Allah berfirman: ‘Hambaku mengetahui bahwa ia memiliki Rabb yang mengampuni dosa’. Lalu dosanya diampuni. Dan berjalanlah waktu, lalu ia berbuat dosa lagi. Ketika berbuat dosa lagi ia berkata: ‘Ya Rabbi, aku telah berbuat dosa lagi, ampunilah aku’. Lalu Allah berfirman: ‘Hambaku mengetahui bahwa ia memiliki Rabb yang mengampuni dosa’. Lalu dosanya diampuni. Lalu Allah berfirman: ‘Aku telah ampuni dosa hamba-Ku, maka hendaklah ia berbuat sesukanya’” (HR. Bukhari)

Allah memang satu-satunya Zat yang mampu mengampuni dan memaafkan sebesar apapun kesalahan yang diperbuat oleh hambaNya. Jika hambaNya berulang kali berbuat dosa dan berulang kali memohon ampun, maka Allah juga akan berulang kali memaafkannya. Namun, apakah hal ini menjadi sebuah perkara yang sepele? Toh ketika kita berbuat dosa dan kita memohon ampunan, Allah juga akan tetap mengampuninya, bukan? Bukankah itu tandanya kita bebas bertindak semaunya?

Sekali-kali jawabannya adalah tidak. Ingat, jangan pernah bermain-main dengan dosa dan maksiat karena kita tak pernah tahu kapan, di mana, dan sedang apa nyawa kita diambil oleh Allah. Jangan sampai hal terakhir yang kita lakukan di dunia ini adalah bermaksiat. Sebanyak apapun amal kebaikan yang susah payah kita kumpulkan sebagai bekal di akhirat akan musnah begitu saja bila di penghujung usia yang kita lakukan adalah perbuatan dosa.

Perlu diketahui bahwa setiap amalan itu tergantung pada akhirnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rasulullah yang artinya, “Sungguh setiap amal tergantung pada bagian akhirnya.” (HR. Bukhari)

Rasulullah pernah menceritakan tentang kisah seseorang yang sepanjang hidupnya gemar melakukan amalan ahli surga. Namun sayangnya di akhir hidupnya, ia malah menjadi penghuni neraka.

“Ada seseorang yang ia sungguh telah beramal dengan amalan penghuni surga dalam waktu yang lama, kemudian ia menutup hidupnya dengan amalan penghuni neraka. Dan ada seseorang yang ia sungguh telah beramal dengan amalan penghuni neraka dalam waktu yang lama, lalu ia menutup hidupnya dengan amalan penghuni surga” (HR. Al Bukhari)

Untuk itu, jadikanlah diri, hati, pikiran, dan segala gerak gerik serta ucapan kita mengarah ke hal-hal yang baik saja. Istiqomahlah dalam perbuatan baik dan mendatangkan pahala. Syaitan tidak akan pernah letih menggoda manusia untuk melakukan maksiat, baik itu maksiat kepada Allah ataupun maksiat terhadap sesamanya. Namun, rahmat dan kasih sayang Allah jauh melebihi takaran hasutan syaitan. Allah tak pernah rela hambaNya tergelincir masuk ke dalam kenistaan. Untuk itu Allah senantiasa menghadiahi kita dengan orang-orang baik dan sholeh di sekeliling kita untuk menjaga keimanan kita.

Sekarang tinggal bagaimana kita saja; apakah masih menganggap bermaksiat itu hal yang sepele karena Allah terus memberi ampunan atau benar-benar menyadari betapa berbahayanya dan meruginya kemaksiatan apabila terus menerus dilakukan. Ingat, Allah tidak memberikan hidayah, tetapi kita yang harus berupaya mencari dan meraih hidayah tersebut. Terjalnya jalan menuju cahaya Ilahi akan terasa manis bila akhirnya kita dipeluk Allah dengan segala kasih sayangNya. Janganlah berputus asa dari ampunan, rahmat, dan cinta Allah. Teruslah berusaha menjadi insan yang lebih baik dari hari kemarin. Teruslah berbuat baik dan menambah kadar keimanan kita. Teruslah berharap hanya kepada Allah. Sesungguhnya Allah adalah satu-satunya Zat yang menyayangi kita tanpa pernah kehabisan.

Penulis,
(Dessy Husnul)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL