fbpx

Kisah Nur Muhammad Fikri, Relawan Lokal MAI untuk Lombok

relawan

 

MAINews, Lombok – Gempa berskala 7.0 SR yang mengguncang Lombok dan sekitarnya pada tanggal 5 Agustus 2018 telah meluluhlantakkan bangunan-bangunan hingga hancur menjadi puing. Aktivitas sehari-hari sempat terhenti bahkan dari bencana tersebut, ratusan orang menjadi korban, baik yang meninggal maupun yang luka-luka. Belum lagi trauma yang akan membebani pikiran mereka untuk jangka waktu panjang.

Hancur, Lombok sudah hancur. Namun masyarakat Indonesia tidak juga mau menyerah. Ibarat bagian tubuh, satu terluka, maka anggota tubuh yang lainnya akan ikut merasakan sakitnya. Masyarakat Indonesia terus mengumpulkan bantuan, entah itu donasi dalam bentuk uang atau barang, ini semua dilakukan supaya Lombok bisa pulih dan bangkit lagi. Pemerintah dan relawan turut bergerak menangani, sementara masyarakat Lombok berangsur-angsur memulihkan diri.

Satu dari sekian pemuda perkasa yang turut membangun Lombok agar segera pulih itu bernama Muhammad Fikri S.Kom.I. Meski ia sendiri adalah korban keganasan guncangan gempa, lelaki yang berasal dari Dusun Kekait Thaibah, Desa Kekait, Kec. Gunung Sari, Kab. Lombok Barat itu kini mengabdikan diri menjadi relawan Mandiri Amal Insani (MAI) Foundation. Saat ini, ia bekerja sebagai guru honor di Pondok Pesantren At Tahzib, Kekait.

“Rumah saya hancur dan kakek saya meninggal dunia akibat syok karena stress dan faktor usia. Rumah paman saya juga hancur baik dari saudara bapak dan saudara ibu saya. Bahkan juga rumah saudara kandung saya hancur,” cerita Fikri.

Awal Fikri bergabung menjadi Relawan MAI yakni ketika kunjungan Menteri BUMN Ibu Rini Soemarno dan Direksi Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo ke posko induk yang jumlah pengungsinya sebanyak 1.450 jiwa. Banyak hal yang MAI butuhkan untuk menyambut dua tamu penting tersebut sehingga Fikri terketuk hatinya dan menjadi relawan MAI.

Kesehariannya, selain sebagai guru honorer, ia pun aktif di salah satu komunitas bernama LASKARBACA yang menkaver pendidikan anak-anak kurang mampu. Sejak bergabung itulah, Fikri diamanahi sejumlah program-program pemulihan untuk Lombok.

“Peran MAI dalam membantu Lombok sangat besar. Lebih-lebih Hunian Sementara (Huntara) yang dibangun di Desa Kekait yang diperuntukan untuk tokoh agama dan beberapa lansia bahkan bayi yang berumur 1 bulan 2 minggu,” ungkap Fikri.

RELATED ARTIKEL