
Dalam kegelapan malam yang pekat, cahaya ilmu menjelma menjadi lentera yang menuntun langkah-langkah insan menuju fajar pencerahan. Di lembah kesunyian, ilmu adalah embun yang menetes dari langit, menyuburkan ladang-ladang hati yang haus akan kebenaran. Islam, sebagai agama yang sarat dengan kebijaksanaan, menempatkan ilmu pada kedudukan yang tinggi, sebuah tiang penyangga peradaban yang tegak kokoh di tengah gelombang zaman.
Allah SWT dalam Al-Quran berfirman, “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat” (QS. Al-Mujadilah: 11). Firman ini adalah deklarasi Ilahi yang menempatkan ilmu sebagai pemberi derajat, sebuah pengakuan yang tak tergoyahkan akan keutamaannya. Dalam ilmu, tersembunyi kekuatan yang mampu meruntuhkan tembok-tembok kebodohan, menciptakan peradaban yang bermartabat dan beradab.
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga” (HR. Muslim). Hadits ini ibarat pedoman bagi para pencari ilmu, sebuah janji bahwa setiap langkah dalam menuntut ilmu adalah titian menuju kebahagiaan abadi. Ilmu adalah jalan menuju surga, bukan hanya di akhirat, tetapi juga di dunia ini, di mana ilmu menjadi kunci untuk memahami hukum-hukum kehidupan, meraih keberhasilan, dan memimpin peradaban.
Sejarah Islam mencatat kejayaan yang gemilang, di mana ilmu menjadi pilar utama dalam membangun peradaban yang tiada tanding. Pada masa keemasan Islam, dari abad ke-8 hingga ke-14, dunia menyaksikan kemajuan pesat dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan—dari astronomi, matematika, hingga kedokteran dan filsafat. Pusat-pusat keilmuan di Baghdad, Kairo, dan Cordoba menjadi saksi bisu bagaimana Islam memimpin dunia dengan mengedepankan ilmu pengetahuan sebagai landasan kebijakan dan inovasi.
Baghdad, yang dikenal dengan nama “Kota Seribu Malam,” adalah rumah bagi Baitul Hikmah, sebuah perpustakaan dan pusat penelitian yang mengumpulkan karya-karya ilmiah dari berbagai peradaban. Di sini, para cendekiawan Muslim menerjemahkan, mengembangkan, dan menciptakan ilmu baru yang menjadi landasan bagi kemajuan peradaban Barat di kemudian hari. Dalam keagungan ilmu pengetahuan, Islam menaklukkan dunia dengan kekuatan akal dan hati, bukan dengan pedang dan kekerasan.
Kisah para sahabat dan ulama mengukir sejarah emas tentang keutamaan ilmu. Ibn Abbas, seorang ulama terkemuka dan sepupu Nabi Muhammad SAW, dikenal sebagai lautan ilmu karena ketekunannya dalam menuntut ilmu sejak usia muda. Ia menghabiskan malam-malamnya di bawah bintang-bintang, belajar di kaki para ulama, menyerap ilmu dengan segenap jiwa dan raga. Ketekunan inilah yang menjadikannya cahaya pengetahuan bagi umat, sebuah bukti bahwa ilmu adalah pelita yang menerangi gelapnya kebodohan.
Andalusia, dengan keilmuannya yang gemilang, menjadi mercusuar bagi dunia. Universitas-universitas di Cordoba dan Granada adalah taman-taman ilmu yang memekarkan bunga-bunga pengetahuan, memberikan naungan bagi para pemikir dari berbagai penjuru dunia. Peradaban Islam berjaya karena para penguasanya menempatkan ilmu sebagai landasan kebijakan, mencetak generasi yang mampu mengolah alam, menguasai teknologi, dan memahami filsafat kehidupan.
Ilmu bukanlah sekadar pengetahuan yang tumpul tanpa tujuan, melainkan sebuah alat untuk mencapai kebijaksanaan, sebuah jembatan menuju kebahagiaan hakiki. Dalam Islam, ilmu adalah amanah yang harus dipelihara dan disebarkan, seperti air yang mengalir, memberi kehidupan bagi siapa saja yang disentuhnya.
Majelis ilmu adalah tempat di mana hati dibersihkan, pemahaman diperdalam, dan ruhani diperkaya. Di sinilah, seseorang menemukan jawaban atas kegelisahan hidup, mengasah akal dan menyinari hati dengan cahaya kebenaran. Di majelis ilmu, kita tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari rekan-rekan seperjalanan yang bersama-sama mencari keridhaan Allah SWT.
Menuntut ilmu adalah ibadah, sebuah pengabdian yang diliputi berkah. Setiap tetes keringat, setiap helai waktu yang dihabiskan untuk mencari ilmu, adalah investasi bagi kehidupan dunia dan akhirat. Sebagaimana bumi yang menghargai air yang menyejukannya, demikian pula Allah SWT menghargai hamba-Nya yang menuntut ilmu dengan hati yang tulus.
Wahai ummat Islam jadilah pencari ilmu, teruslah mengarungi samudera pengetahuan. Jadikan ilmu sebagai pedoman hidup, sebagai alat untuk menggapai keridhaan-Nya, dan sebagai bekal untuk menapaki jalan kehidupan yang penuh tantangan. Dengan ilmu, engkau akan menguasai dunia; dengan iman, engkau akan meraih akhirat. Dan di atas segalanya, dengan ilmu dan iman, engkau akan menjadi penerang bagi peradaban yang gemilang.
Penulis: Qodrat SQ