fbpx

Kebahagiaan Eudaimonia:Kebahagiaan Yang Sebenarnya

 

Di tengah dunia yang penuh dinamika, setiap orang memiliki cara yang berbeda untuk mengejar kebahagiaan. Sebagian dari kita mungkin mendambakan kebahagiaan melalui pencapaian materi, popularitas, atau pengakuan sosial. Namun, ada satu bentuk kebahagiaan yang lebih mendalam dan kekal, yaitu eudaimonic happiness atau kebahagiaan eudaimonia, yang berakar dari makna hidup, kebaikan, dan kedamaian hati. Konsep ini sejalan dengan ajaran Islam tentang kebahagiaan sejati, yang hanya dapat diraih melalui kedekatan kepada Allah, amal kebaikan, dan hidup sesuai dengan nilai-nilai luhur.

 

Apa Itu Eudaimonic Happiness?

Eudaimonia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “kehidupan yang baik” atau “jiwa yang sejahtera.” Berbeda dengan kebahagiaan hedonistik, yang menitikberatkan pada pemuasan kesenangan sesaat, eudaimonic happiness didasari oleh kebahagiaan sejati yang bersumber dari hidup bermakna, pemenuhan tujuan, dan kontribusi kepada orang lain. Kebahagiaan ini lebih mendalam, lahir dari pencapaian hidup yang penuh makna dan nilai kebaikan.

Dalam Islam, konsep eudaimonic happiness tercermin dalam kebahagiaan yang dirasakan ketika seorang hamba ikhlas melaksanakan perintah Allah, berbuat baik kepada sesama, dan hidup dengan rasa syukur serta sabar dalam menghadapi ujian hidup.

 

Perbandingan Eudaimonic Happiness dengan Hedonic Happiness

Banyak orang mengaitkan kebahagiaan dengan pencapaian materi atau kesuksesan instan—konsep ini dikenal sebagai hedonic happiness atau kebahagiaan hedonistik. Hedonic happiness lebih berfokus pada pemuasan keinginan dan kebutuhan sesaat, seperti kesenangan dari belanja, hiburan, atau popularitas. Bentuk kebahagiaan ini tampak menarik karena mudah dicapai dan memberikan kepuasan cepat, tetapi biasanya bersifat sementara. Sering kali, setelah perasaan senang tersebut hilang, muncul rasa kekosongan atau kebutuhan untuk mencari kepuasan lain agar mencapai tingkat kebahagiaan yang sama.

Dalam Islam, kebahagiaan yang seperti ini disebut sebagai kebahagiaan duniawi yang sering kali fana. Allah memperingatkan:

“Ketahuilah bahwa kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba-lomba dalam kekayaan dan anak keturunan…” (QS. Al-Hadid: 20)

Ayat ini menekankan bahwa kesenangan duniawi hanya sementara dan tidak mendatangkan kebahagiaan sejati. Sedangkan, eudaimonic happiness mengarahkan kita pada kebahagiaan yang mendalam, di mana kesenangan tidak sekadar diperoleh dari hal-hal materi, tetapi dari hidup yang memiliki makna, kepuasan dalam berknotribusi, dan kedekatan kepada Allah. Ketika seseorang memahami kebahagiaan sejati ini, ia akan lebih bijak dalam menikmati kenikmatan dunia tanpa berlebihan, tetap berfokus pada tujuan akhir yang membawa kedamaian batin.

 

Literasi Islam tentang Kebahagiaan Hakiki

Islam mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati hanya dapat diraih melalui keimanan dan kedekatan kepada Allah. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

“Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

Ayat ini mengingatkan kita bahw kebahagiaan sejati bukan dari kelimpahan harta atau kekuasaan, tetapi dari ketenangan batin yang datang dr amal kebaikan dan iman. Rasulullah SAW juga bersabda, “Kekayaan bukanlah dengan banyaknya harta, namun kekayaan adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Elemen Utama Eudaimonic Happiness dalam Islam

Beberapa elemen utama kebahagiaan eudaimonia dalam Islam adalah:

  1. Makna Hidup: Hidup yang bermakna menurut Islam adalah hidup yang menjadikan dunia sebagai ladang amal untuk kehidupan abadi di akhirat. Allah berfirman, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia.” (QS. Al-Qasas: 77).
  2. Kebaikan kepada Sesama: Kebahagiaan sejati hadir ketika kita bisa memberi manfaat bagi orang lain. Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” Kebahagiaan sejati akan trasa dalam hati ketika kita berhasil membawa kbahagiaan bagi sesama.
  3. Syukur dan Sabar: Dalam Islam, kebahagiaan juga diraih melalui sikap syukur dan sabar. Rasa syukur membawa ketenangan karena kita menyadari setiap nikmat adalah anugerah Allah, sementara sabar menuntun kita untuk tetap tenang dalam menghadapi ujian hidup.

 

Tips Meraih Kebahagiaan Hakiki dalam Islam

Berikut beberapa tips untuk membantu kita meraih kebahagiaan hakiki dalam kehidupan sehari-hari:

  1. Perkuat Keimanan dan Kedekatan dengan Allah: Hubungan yang erat dengan Allah melalui ibadah khusyuk seperti shalat, dzikir, dan membaca Al-Qur’an akan memberikan kedamaian hati.
  2. Temukan Makna dalam Setiap Perbuatan: Jadikan setiap perbuatan sebagai sarana meraih ridha Allah. Ketika bekerja, misalnya, niatkan untuk memberi manfaat bagi orang lain, bukan hanya untuk keuntungan pribadi.
  3. Berbuat Baik kepada Sesama: Terlibat dalam kegiatan sosial dan membantu sesama akan menghadirkan kebahagiaan sejati karena kita merasa bisa memberikan manfaat kepada orang lain.
  4. Lakukan Muhasabah Diri: Luangkan waktu untuk introspeksi dan koreksi diri. Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang cerdas adalah yang selalu melakukan introspeksi dan beramal untuk kehidupan setelah mati.” (HR. Tirmidzi). Dengan muhasabah, kita tetap berfokus pada tujuan hidup yang benar.
  5. Syukuri dan Hadapi Ujian dengan Sabar: Syukur dan sabar adalah dua sikap utama yang bisa mendatangkan kebahagiaan sejati. Saat kita mampu bersyukur dan bersabar, hati menjadi tenang dan tenteram.

Mengapa Memilih Kebahagiaan Hakiki daripada Kebahagiaan Hedonistik?

Mengembangkan kebahagiaan hakiki mmbawa dampak yang lebih positif dalam jangka panjang. Saat seseorang memilih kebahagiaan eudaimonia, ia tidak hanya merasakan ketenangan hati, tetapi juga menjadi pribadi yang lebih peduli terhadap lingkungan dan masyarakat. Dengan mengejar kebahagiaan bermakna ini, kita dapat menghindari kecemasan yang kerap datang dari gaya hidup hedonistik dan hidup lebih seimbang.

Alih-alih terus mngejar kesenangan sesaat, seseorang yang mengedepankan eudaimonic happiness akan lebih memilih hidup sederhana dan lebih mendahulukan amal kebaikan. Ia mungkin mengurangi pengeluaran berlebih dan mngalokasikan sebagin hartanya untuk bersedekah atau membantu sesama. Pendekatan ini jauh lebih membawa ketenangan dan kepuasan daripada gaya hidup yang berfokus pada hedonisme.

Eudaimonic happiness, atau kebahagiaan hakiki, adalah anugerah yang bisa diraih oleh siapa saja yang hidup dengan tujuan dan nilai-nilai luhur. Dalam Islam, kebahagiaan ini terwujud ketika kita hidup dengan iman, amal kebajikan, dan ketundukan kepada Allah SWT. Ketika kebahagiaan kita berakar dari hal-hal baik dan abadi, kita akan merasakan kedamaian yang tidak tergoyahkan oleh ujian dunia.

Semoga kita semua diberikan kemampuan utk meraih kebahagiaan hakiki dan mampu menjalani hidup ini dgn penuh makna serta keberkahan.

 

Penulis: QodratSQ

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL