fbpx

Janganlah Mendengki

Dari Abu Hurairah Radhyallahu anhu ia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kalian jangan saling mendengki, jangan saling najasy, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi! Janganlah sebagian kalian membeli barang yang sedang ditawar orang lain, dan hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allâh yang bersaudara. Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, maka ia tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya, dan menghinakannya. Takwa itu di sini –beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali-. Cukuplah keburukan bagi seseorang jika ia menghina saudaranya yang Muslim. Setiap orang Muslim, haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya atas muslim lainnya.” (HR. Muslim, Ahmad, Ibnu Majah, Al-Baihaqi, dan Al-Baghawi)

Hadits tersebut merupakan sebuah adab bagaimana seorang Muslim harus bersikap kepada Muslim lainnya.  Salah satu adab yang Rasulullah ajarkan melalui hadits tersebut adalah larangan bersikap dengki terhadap sesama. Dengki atau biasa disebut dengan hasad merupakan sikap tercela di mana orang tersebut tidak senang melihat kesuksesan orang lain dan justru merasa senang melihat orang lain kesulitan. Dengki termasuk ke dalam penyakit hati yang dapat menghanguskan amalan yang selama ini diupayakan. Hal ini dikarenakan sifat dengki selalu menuntut untuk menghilangkan penyebab orang lain bahagia.

Kedengkian melahirkan tindakan memfitnah orang yang menjadi sumber kedengkiannya. Seseorang yang hatinya kotor, tidak akan hidup dengan tenang begitu mengetahui orang lain berhasil mendapatkan apa yang tidak bisa ia raih. Ia berusaha menghalang-halangi orang tersebut untuk merasa bahagia atas pencapaiannya. Untuk itu, tak jarang ia menyebarkan fitnah kepada khalayak ramai tentang sesuatu yang tidak benar dari orang yang menjadi lawannya. Begitu khalayak ramai termakan fitnah yang ia sebarkan dan orang yang menjadi lawannya itu terpojok dan merasa terintimidasi, si pendengki pun akan merasa berhasil telah menghancurkan kegembiraan lawannya itu. Orang yang hatinya dengki tak akan rela bila ada orang lain yang mengunggulinya.

Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah sifat dengki karena ia memakan segala kebaikan, sebagaimana api membakar kayu kering.” (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah).

Inilah bahaya dari kedengkian yang didiamkan bersemayam dalam hati dan pikiran seseorang. Kedengkian hanya akan membuat seseorang sibuk dengan urusan orang lain. Ia akan selalu berusaha untuk merusak kebahagiaan orang lain dan lupa bahwa ia sendiri punya urusan sendiri yang lebih penting untuk dilakukan. Ia melalaikan ibadahnya dan meskipun ia tetap beribadah, pahalanya akan hangus karena ia melanggar perintah Allah dengan cara merencanakan keburukan bagi saudara Muslimnya. Pada akhirnya, tak lagi tersisa sedikitpun kebaikan dalam diri orang yang mendengki.

Ada perbedaan yang mendasar antara sifat iri dan dengki. Keduanya berakar pada hal yang sama, yakni keduanya merasa tidak nyama, “Iri hanya diperbolehkan terhadap dua hal: (1) seseorang yang dianugerahi Allah SWT harta benda, lantas ia belanjakan di jalan kebenaran; (2) seseorang yang dianugerahi Allah SWT hikmah, lantas ia laksanakan dan ia ajarkan, “Iri hanya diperbolehkan terhadap dua hal: (1) seseorang yang dianugerahi Allah SWT harta benda, lantas ia belanjakan di jalan kebenaran; (2) seseorang yang dianugerahi Allah SWT hikmah, lantas ia laksanakan dan ia ajarkan.”

Iri dengan konteks seperti ini diperbolehkan karena akan membawa dampak positif bagi orang yang iri hatinya. Mereka yang iri dengan kualitas ibadah orang lain akan terlecut motivasinya untuk lebih semangat lagi dalam beribadah. Pada akhirnya, yang terjadi di antara mereka adalah berlomba-lomba dalam kebaikan.

Sebaliknya, iri yang tercela inilah yang sangat dilarang oleh Islam. Iri tercela ini adalah penyakit hati yang timbul akibat kurang bersyukurnya seseorang terhadap apa yang Allah tetapkan dalam hidupnya sehingga ia senantiasa merasa kurang. Orang yang iri selalu memandang lebih terhadap kebahagiaan orang lain dan ia mengharapkan bahwa ia juga mendapatkan kebahagiaan tersebut. Kemudian, ia merasa bahwa Allah telah pilih kasih dalam memberikan anugerah kepada hambaNya. Ia lupa bahwa setiap hamba telah memiliki takaran dan jatahnya masing-masing sesuai dengan kebutuhannya. Lantas, ia berusaha mendapatkan kebahagiaan itu dengan cara merusak dan merampas kebahagiaan orang lain. Ia tertawa di atas penderitaan orang lain. Inilah yang dimaksud dengan dengki.

Abu Hurairah RA meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, “Dalam rongga dada seorang hamba tidak berhimpun iman dan kedengkian.” (HR. Abu Asy – Syaikh)

Dalam hadits tersebut, Rasulullah mengatakan bahwa kedengkian dan keimanan tidak dapat menempati satu ruang hati seseorang. Artinya, orang yang dengki hatinya tidak dapat dikatakan sebagai orang yang beriman. Mengapa?

Dengki berawal dari ketidakmampuan seseorang untuk ikhlas dan bersyukur atas apa yang Allah tetapkan kepadanya. Ia selalu merasa kurang dan berharap mendapatkan yang lebih banyak tanpa sedangkan ia sendiri terlampau malas untuk berikhtiar. Ia selalu menganggap bahwa rumput tetangga lebih hijau dari rumputnya. Ia lupa, bahwa Allah akan memberikan apa yang hambaNya butuhkan, bukan yang hambaNya inginkan. Juga, ia tak menyadari bahwa Allah akan mengubah nasib seseorang apabila orang tersebut berusaha untuk mengubahnya.

Seseorang tidak bisa dikatakan beriman kepada Allah apabila ia merasa bahwa Allah memperlakukannya dengan tidak adil. Tentu itu bertentangan dengan salah satu sifat Allah, yaitu Yang Maha Adil. Adil merupakan sikap menempatkan sesuatu pada tepat tempatnya, bukan memberikan sama rata tanpa melihat keadaan. Jika Allah memberikan sesuatu kepada orang lain yang btidak Allah berikan kepada kita, itu karena Allah-lah yang paling mengetahui mana yang terbaik untuk hambaNya. Yang menjadi anugerah bagi orang lain bisa menjadi musibah di tangan orang yang tidak tepat. Untuk itulah sangat penting bagi kita menanamkan kesadaran bahwa Allah-lah sebaik-baiknya pengatur hidup hambaNya.

Bagaimana Caranya agar Terhindar dari Sifat Dengki?

  1. Menjaga Diri dengan Sholat

Sholat adalah tiang agama yang apabila dikerjakan dengan niat dan tata cara pelaksanaan yang benar, maka sholat tersebut akan menjadi benteng pertahanan seseorang dari godaan syaitan yang kerap menghasutnya untuk berbuat keji. Allah berfirman dalam surah Al-Ankabut ayat 45 yang artinya, “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Alquran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

  1. Membentengi Diri dengan Doa

“Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami dan dosa-dosa saudara kami yang telah mendahului kami dengan membawa iman, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Allah, sungguh Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”

  1. Istiqomah Beristighfar

Istighfar merupakan salah satu cara untuk membersihkan hati karena esensi dari istighfar adalah memohon ampunan Allah. Dengan memohon ampun kepada Allah berarti hamba tersebut telah menyerahkan, memasrahkan, tunduk, dan mengembalikan semua urusan hanya kepadaNya. Ini merupakan bentuk penghambaan seseorang terhadap Zat yang paling berkuasa.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:

“Jika seorang hamba melakukan satu dosa, niscaya akan ditorehkan di hatinya satu noda hitam. Seandainya dia meninggalkan dosa itu, beristighfar dan bertaubat niscaya noda itu akan dihapus. Tapi jika dia kembali berbuat dosa niscaya noda-noda itu akan semakin bertambah hingga menghitamkan semua hatinya. Itulah penutup yang difirmankan Allah, ‘Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka lakukan itu telah menutup hati mereka.” (QS. Al-Muthaffifin : 4) (HR. Tirmidzi).

  1. Perbanyak Bersyukur

Syukur dan ikhlas merupakan kunci utama dari ada atau tidaknya sifat dengki dalam hati seorang hamba. Seperti yang telah dijelaskan di awal, kemampuan seseorang untuk ikhlas menerima dan bersyukur kepada Allah atas segala sesuatu yang terjadi di dalam hidupnya mampu melegakan perasaan dan pikiran seseorang. Dengan bersyukur ia mampu menyakini dan menyadari bahwa Allah-lah Zat yang paling sempurna untuk mengurus kehidupan hambaNya.

Bersyukur terhadap sekecil apapun nikmat yang Allah berikan mampu merayu Allah untuk semakin menambahkan nikmat tersebut kepada hambaNya. Sebaliknya, kehilangan rasa syukur juga berarti kehilangan nikmat dalam hidup yang telah Allah anugerahkan sebelumnya.

  1. Rutin Bersilaturahim

Dengki timbul akibat minimnya pengetahuan seseorang terhadap kondisi seseorang yang sebenarnya. Orang yang dengki hatinya hanya melihat apa yang nampak dengan mata. Bahwa orang lain sangat memerlukan rezeki tersebut dan apa yang telah orang lain itu amalkan dan ikhtiarkan sehingga ia mendapat rezeki berlimpah, tak terpikirkan oleh orang yang hatinya sudah tertutupi rasa dengki. Yang ia lihat hanyalah tetangganya mendapatkan banyak rezeki sedangkan dirinya sendiri tidak.

Untuk itu, silaturahim dengan niat yang baik dan kurus sangat dianjurkan agar kita bisa sama-sama mengetahui kondisi orang lain. Dari obrolan nketika sedang berkunjung tentunya lambat laun kita akan memahami bagaimana kondisi yang sebenarnya dan apa saja yang telah diusahakan orang tersebut hingga ia mendapatkan banyak rezeki.

Harus selalu kita sadari bahwa ketika Allah sudah melarang kita untuk tidak melakukan sesuatu, itu artinya Allah sedang menjauhkan kita dari keburukan perkara tersebut. Salam setiap larangan atau perintah, terdapat hak dan kewajiban seorang Muslim terhadap Muslim lainnya.  Selalu ada hikmah yang bisa kita gali dan pelajari hanya ketika kita mampu membersihkan hati dan pikiran dari hal-hal keji dan memahami hikmah tersebut sangat erat kaitannya dengan tingkat ketaqwaan kita terhadap Allah.

Penulis,
(Dessy Husnul Q)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL