fbpx

Janganlah Kau Merusak Bumi

Allah mengutus manusia untuk menjadi Khalifah di muka bumi ini. Penunjukan manusia sebagai Khalifah oleh Allah termaktub dalam surah Al-Fathir ayat 39 yang artinya, “Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi. Barangsiapa kafir, maka (akibat) kekafirannya akan menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang kafir itu hanya akan menambah kemurkaan di sisi Tuhan mereka. Dan kekafiran orang-orang kafir itu hanya akan menambah kerugian mereka belaka.”

Khalifah berasal dari kata khalf yang berarti menggantikan atau mengganti. Kata Khalifah juga berasal dari kata khalaf yang artiny orang yang datang kemudian. Lawannya adalah kata  salaf yang berarti orang yang terdahulu. Membahas mengenai Khalifah bermakna orang yang menggantikan yang telah mendahului, tentu kita ingat surah Al-Baqarah ayat 30 yang bercerita tentang pembicaraan antara Allah yang hendak menjadikan Khalifah di muka bumi dengan para malaikat yang awalnya menentang dengan alasan khawatir akan adanya kerusakan lagi di bumi.

 “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’”

Khalifah yang hendak Allah turunkan ke muka bumi adalah makhluk yang Allah anugerahkan akal pikiran dan hati nurani yang dapat mengekang hawa nafsu di dalam dirinya. Kemampuan berpikir yang ada pada manusia itulah yang harus dan wajib digunakan untuk kesejahteraan seluruh makhluk yang hidup berdampingan di muka bumi, seperti hewan dan tumbuhan.

Karena manusia diangkat oleh Allah sebagai Khalifah, maka manusia memiliki makna sebagai pemimpin yang seyogyanya seorang pemimpin harus mampu melindungi wilayah kekhalifahannya. Contoh, seseorang, tak peduli lelaki maupun wanita, harus mampu melindungi dirinya sendiri dari perkara yang dapat membuatnya sakit atau rusak. Juga, ia bertanggung jawab atas keamanan lingkungan sekitar tempat ia beraktivitas. Semua ini harus dilaksanakan oleh setiap individu agar tercipta harmonisasi kehidupan karena manusia makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri.

Manusia sebagai Khalifah, haruslah mampu menciptakan lingkungan hidup yang kondusif untuk ditinggali bersama. Hewan, tumbuhan, dan sumber daya alam menjadi tanggung jawab seluruh manusia agar ketiganya dapat memberikan manfaat kepada manusia sekaligus dapat melestarikannya agar generasi selanjutnya masih terus dapat merasakan manfaatnya.

Alam semesta ini Allah ciptakan memang untuk manusia sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 29 yang artinya, “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Namun, bukan berarti kita bebas menggunakan dan memperlakukan alam semesta sekehendak hati. Allah telah memberikan batasan-batasan tentang seberapa jauh kita dapat mengeksplorasi alam semesta. Juga, alam semesta ini tidak diciptakan begitu saja hanya demi memenuhi kebutuhan manusia belaka. Ada tujuan yang lebih mulia dan agung di balik penciptaan alam semesta, yakni sebagai media manusia untuk berpikir dan menyadari bahwa siapa yang menciptakan alam semesta semegah ini kecuali Allah. Sebagaimana yang termaktub dalam firman Allah surah Al-Jasiyah ayat 13 yang artinya, “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”

Sebagai Khalifah yang bertanggung jawab penuh atas apa yang hidup di atas muka bumi ini, manusia memiliki tiga peranan penting yang harus  terus dijalani seumur hidupnya. Ketiganya yaitu Al-‘imarah, Ar-Ri’ayah, dan Al-Hifdh.

  1. Al-‘Imarah artinya manusia sebagai Khalifah berperan sebagai pemakmur bumi. Manusia yang telah Allah berikan akal pikiran harus mampu memanfaatkan segala yang ada di muka ataupun perut bumi demi kepentingan dan kemakmuran hajat hidup orang banyak. Memanfaatkan sumber daya alam, hewan, maupun tumbuhan diperbolehkan tapi bukan berarti harus dieksploitasi secara besar-besaran agar seluruh generasi Khalifah ikut merasakan manfaatnya juga.
  2. Ar-Ri’ayah artinya manusia berperan sebagai pemelihara bumi. Setelah dianjurkan untuk menggali dan mengeksplorasi segala hal yang ada di muka bumi demi mendapatkan manfaat untuk kehidupan manusia, kita wajib memelihara semuanya. Apa yang sudah kita ambil manfaatnya wajib kita pelihara keberlangsungan hidupnya. Contohnya, hewan-hewan yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, wajib kita jaga keberlangsungannya hidupnya dengan cara membatasi penggunaannya dan juga bisa dilestarikan dengan cara menernaknya.

Begitu juga dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak bumi. Minyak bumi memang sangat dibutuhkan oleh manusia, tetapi kita juga harus memelihara cadangannya agar usia kebermanfaatannya berlangsung lama. Wajib bagi kita untuk mencari alternatif lain sebagai pengganti minyak bumi agar tak melulu menggunakan produk turunan minyak bumi.

  1. Al-Hifdh bermakna manusia harus menjadi pelindung bagi apa saja dan siapa saja yang berada di lingkungan sekitarnya. Al-Hifdh tak hanya terbatas pada perlindungan terhadap alam lingkungan hidup, tetapi juga manusia wajib melindungi harkat martabat sesama, akidah, harta kekayaan, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya.

Manusia wajib mencegah terjadinya kerusakan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Membuat atau membiarkan kerusakan terjadi di muka bumi berarti mengingkari amanah yang Allah berikan kepada manusia.

Allah telah mengetahui apa risiko menurunkan manusia sebagai Khalifah di bumi. “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar-Ruum: 41)

Untuk itulah, Allah melarang keras manusia untuk berbuat kekerasan dan membiarkannya terjadi. “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (QS Al-A’raf: 56)

“Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan”. (QS Al-Baqarah: 205)

Sudah sewajibnya seorang Khalifah melindungi apa saja yang berada dalam jangkauannya. Seorang pemimpin harus mampu memberikan kenyamanan dan mengusahakan kesejahteraan sekitarnya. Lebih jauh lagi, ia harus mampu memeliharanya agar usia kebermanfaatannya berlangsung lama. Khalifah itu adalah Anda, saya, dia, kita. Kitalah pemimpin bagi diri sendiri. Peganglah amanah dari Allah untuk memelihara keharmonisan di muka bumi.  Bukankah setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya?

Penulis,
(Dessy Husnul)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL