fbpx

Jangan Sampai Tergelincir Di Usia Senja

 

Menyesal
Oleh: Ali Hasjmi

Pagiku hilang sudah melayang

Hari mudaku sudah pergi

Kini petang datang membayang

Batang usiaku sudah tinggi

 

Aku lalai di pagi hari

Beta lengah di masa muda

Kini hidup meracun hati

Miskin ilmu, miskin harta

 

Ah apa guna kusesalkan

Menyesal tua tiada berguna

Hanya menambah luka sukma

 

Kepada yang muda kuharapkan

Atur barisan di pagi hari

Menuju arah padang bakti

 

Puisi karya sastrawan asal tanah Aceh yang lahir pada 24 Maret 1914 silam ini menggambarkan tentang seseorang yang menyesal karena telah lalai menggunakan masa mudanya. Di dalam puisi itu, orang ini juga berpesan kepada mereka yang masih muda untuk tidak mengikuti jejaknya. Caranya dengan lebih merencanakan hidup dengan lebih matang dan baik di masa muda agar usia digunakan hanya untuk mengamalkan perbuatan baik.

Dalam Islam sendiri, kita sudah diwanti-wanti tidak terlena dengan waktu yang diberikan Allah. Waktu memang salah satu anugerah yang Allah berikan kepada hambaNya. Namun, waktu juga sebuah misteri yang tak ada satupun dapat memecahkan, kapan seseorang kehabisan waktunya di bumi ini. Karena ketidaktahuan para hamba mengenai kapan batas waktu hidupnya, ada sebagian dari mereka yang memperlakukan waktu bagaikan perhiasan yang sangat mahal dan rapuh. Mereka sangat berhati-hati menjalani waktunya hari demi hari. Mereka hanya melakukan hal-hal terbaik untuk mengisi waktu tersebut. Sebaliknya, ada juga mereka yang terlena dengan waktu. Mereka tak sadar bahwa hari demi hari, mereka berjalan mendekati ajalnya yang sudah Allah janjikan.

Islam memandang waktu seperti dua sisi pedang yang sangat tajam. Apabila kita tak pandai menggunakannya, maka pedang itu akan balik menyerang dan melukai kita. Sebaliknya, jika kita mahir menggunakan dan mengendalikan gerakan pedang, maka pedang tersebut akan sangat bermanfaat bagi kita dan menolong kita dari hal-hal yang buruk. Begitu juga dengan waktu, apabila kita pandai mengatur dan menyiasati waktu, kita dapat memanfaatkannya untuk melakukan amal kebaikan. Sebaliknya, jika kita terlena dan lalai, maka waktu yang kita miliki hanya akan mengantarkan kita kepada penyesalan yang tak bisa diperbaiki lagi.

Saking pentingnya sebuah waktu dalam Islam, Allah sampai bersumpah dalam surahAl-Ashr ayat 1 sampai 3 yang artinya, “Demi masa. Sesungguhnya, manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat- menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.”

Di dalam surah tersebut, Allah bersumpah dengan waktu dan menjelaskan manusia terbagi ke dalam dua jenis. Pertama, manusia yang berada dalam kerugian yang nyata karena melalaikan waktu yang dimilik sehingga gemar melakukan kemaksiatan dan kekejian. Kedua, manusia yang beruntung karena menggunakan waktu yang dimilikinya untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat, seperti mengerjakan amal sholeh, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Manusia kedua inilah yang termasuk ke dalam manusia yang beriman kepada Allah.

Tak hanya di dalam surah Al- Ashr saja, Allah juga bersumpah atas nama waktu dalam surah lainnya.

Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang benderang,” (QS. Al-Lail: 1-2).

“Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi (gelap),” (QS. Adh-Dhuha : 1-2).

Jika Allah telah bersumpah atas sesuatu, maka terdapat kemuliaan di dalamnya. Tugas kitalah yang harus memanfaatkan waktu dengan sangat baik agar tidak menyesalinya. Allah berfirman surah Al-Furqon ayat 62 yang artinya, “Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.”

Di dalam surah ini, Allah menjelaskan bahwa hari demi hari yang ditandai dengan bergantinya malam dan siang haruslah diisi dengan sesuatu yang bermanfaat. Menggunakan waktu dengan sebaik mungkin merupakan salah satu cara untuk bersyukur atas anugerah berupa waktu yang telah Allah berikan kepada kita.

Mumpung kita masih berada dalam usia yang produktif untuk berkarya, sudah sepantasnya kita hanya melakukan hal-hal yang bernilai dan bermanfaat, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga untuk khalayak umum. Sebagai contoh, kita bisa mendedikasikan diri untuk  agen perubahan dalam masyarakat. Mulailah dengan membiasakan diri sendiri melakukan hal-hal yang baik berdampingan dengan rutinitas sehari-hari yang kita miliki. Seperti rutin sholat lima waktu berjama’ah di masjid, istiqomah menghadiri majelis ilmu dan mendidik diri agar menjadi pribadi yang terdidik, beradab, dan berilmu. Lalu, kita mensyiarkan ilmu-ilmu yang kita dapat dengan cara yang terpuji dan lemah lembut. Jika Anda adalah seorang pedagang, berniagalah dengan cara yang Allah ridhoi; jangan mencurangi pembeli dengan timbangan, niatkan bersedekah dalam setiap transaksi jual beli yang kita lakukan, bersikap jujur dan amanah, tidak menzolimi pembeli dengan mengambil untung terlalu banyak dan menjual barang dengan kualitas buruk.

Jika Anda seorang  guru, maka ajar dan didiklah anak murid yang dipercayakan kepada Anda. Ajari mereka kebaikan dengan niat karena Allah. Berlemahlembutlah kepada mereka. Jika Anda lelah mengajar dan mendidik tatkala mereka kerap menguji kesabaran, ingatlah, bahwa di akhirat nanti akan ada salah satu di antara mereka yang menolong Anda dari jurang neraka melalui perantara ilmu bermanfaat yang Anda dapatkan.

Jika Anda seorang karyawan di sebuah kantor, isilah waktu Anda dengan menuntaskan semua tanggung jawab yang diamanahkan kepada Anda sebaik mungkin, semaksimal mungkin. Bersikaplah jujur dan rendah hati dalam keadaan apapun. Bantulah rekan kerja yang sedang terlihat dakam kesulitan dan bersikaplah sopan santun kepada siapapun. Beribadahlah ketika waktunya tiba dan berdzikir lah sembari menyelesaikan pekerjaan Anda.

Atau, Anda seorang pelajar? Gunakanlah waktumu sebagai pelajar dengan cara menanamkan sikap haus akan ilmu. Raihlah ilmu dan nilai dengan cara yang halal dan tidak menjatuhkan teman. Nilai memang diperlukan sebagai dokumentasi hitam di atas putih, namun, yang terpenting adalah ilmu yang harus Anda kuasai sehingga nilai yang tinggi tersebut berbanding lurus dengan ilmu yang Anda miliki. Hormatilah semua orang yang memberimu ilmu, bersikaplah sopan dan berbicaralah lemah lembut kepada siapapun dan di manapun. Amalkan ilmu yang Anda miliki karena ilmu yang diamalkan akan menjadi sedekah jariyah dan juga akan semakin menempel dalam ingatan.

Apapun pekerjaan, jabatan, dan status sosial kita, wajib bagi kita mengisi kesempatan hidup ini dengan melakukan banyak kegiatan yang akan membuat kita mendulang banyak pahala dan kebaikan. Pada akhirnya, yang kita butuhkan hanyalah pahala dan ridho Allah. Dengan keduanyalah kita akan mendapatkan keselamatan hidup dunia akhirat.

Ingatlah pesan Rasulullah dalam sebuah hadits yang berbunyi, “Setiap perbuatan baik adalah sedekah.” (HR. Bukhari).

Kiranya cukup bagi kita menjadikan sabda Rasulullah tersebut sebagai motivasi untuk terus mengisi waktu dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi sesama. Jika kita lelah, letih, dan jenuh dengan semua usaha tersebut, ingatlah bahwa Allah akan mengganti semua perbuatan baik kita dengan pahala kebaikan yang bernilai sedekah. Tentu kita masih ingat bahwa sedekah memiliki banyak kebaikan bagi pengamalnya, seperti menjadi perantara Allah dalam memudahkan urusan kita, menyembuhkan penyakitnya, menghindarkan kita dari musibah, memadamkan api neraka, dan banyak kebaikan lagi. Bukankah kebaikan-kebaikan tersebut sangat sayang untuk dilewatkan hanya karena kita lebih memilih untuk berleha-leha sebagai cara untuk menghabiskan waktu?

Menua adalah pasti, namun kematian lebih pasti datangnya ketimbang masa tua. Ada yang Allah tuntaskan rezekinya ketika usianya masih belia, ada juga yang Allah panjangkan rezekinya sampai usia senja. Tidak ada yang tahu kapan dan dalam keadaan apa rezeki kita akan berakhir. Yang bisa kita lakukan adalah mengusahakan agar ketika malaikat Izroil memainkan perannya, kita sedang melakukan amal sholeh hingga kita meninggal bergelarkan husnul khotimah dan tak ada penyesalan di dalam kematian tersebut. Aamiin aamiin yaa Rabbal’aalamiin.

Penulis,
(Dessy Husnul Q)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL