Gerakan Santri Menulis Bersama Mandiri Amal Insani
Mencetak Mujahid Pena Mumpuni
Malang, 6 Juni 2017
Sejak awal 2017, Mandiri Amal Insani menjalin kerjasama dengan Pipiet Senja dan Asep Romli alias Kang Romel untuk program yang diberi nama; Gerakan Santri Menulis. Inti tujuannya adalah untuk mencetak kader penulis, mujahid pena yang mumpuni dari kalangan santri.
Ada 5 pesantren yang diagendakan sebagai peserta Gerakan Santri Menulis ini, yaitu; 1. Pesantren Ashohwah, Lombok, 2. Pesantren Modern Babussalam, Pekanbaru, 3. Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, 4. Mahad Daruul Ukhuwah, Malang dan 5. Pesantren Modorn Al Amien, Madura.
Baca juga: Keren! 370 Tulisan Berhasil Dihimpun Dari GSM Malang dan Madura
Targetnya adalah membukukan hasil karya para santri selain membangun jaringan, agar santri mahir menjadi Blogger. Pipiet Senja bagian meneror santri dengan dakwah bil qolam. Sementra Kang Romel mencetak santri sebagai barisan Muslim Cyber Army.
Dua orang perwakilan dari Mandri Amal Insani membersamai, yaitu; Pak Iwan dan Pak Hadi. Perjalanan dari Jakarta menuju Malang tiba malam hari. Setelah rehat semalam di Ibis Hotel, Malang, rombongan pun bergerak menuju Mahad Daruul Ukhuwah di kawasan Pakis, Kabupaten Malang.
“Kepala Sekolah ini kenalan kami,” ujar Pak Hadi yang tampak akrab begitu jumpa di Bandara Abdurahman Saleh.
Rombongan dibawa ke Aula Mahad Daruul Ukhuwah, tampaklah 100-an santri putra dan putri yang sudah siap menerima share Literasi dan Blogging dari pemateri. Santri putra menempati bangku bagian depan, sedangkan santri putri di bangku belakang.
Pipiet Senja, novelis Nasional yang telah melahirkan 193 buku mengisi sesi pertama dengan penuh semangat. Perempuan yang tidak muda lagi ini, sejak awal langsung memberi motivasi dan kiat-kiat menjadi penulis handal.
Joke-joke segar acapkali terlontar sepanjang sesi Manini (demikian anak-anak boleh memanggilnya yang berarti Nenek). Para santri dan santriwati sering terpingkal-pingkal dibuatnya. Pengalaman sebagai seorang seniman Literasi selama 42 tahun, sungguh banyak sekali yang dapat mereka petik.
“Sesungguhnya salah satu modal seorang penulis hanyalah 3 M,” ujar Pipiet Senja. “Yaitu; Membaca, Membaca dan Membaca. Kemudian Menulis, Menulis dan Menulis!”
Menulis adalah perjuangan, melalui karya berupa novel, cerpen, artikel kita ikut mengukir peradaban bangsa. “Jadilah penulis dengan ilmu padi, semakin banyak berkarya semakin rendah hati. Mulailah menulis dengan hati dan niat untuk melahirkan karya bernapaskan Islami. Jika kita meniatkan menulis untuk dakwah, menulis karya yang tidak menyesatkan, maka tulisan kita pun sampai ke hati para pembaca dengan; maknyuuuuus!”
Bersama Pipiet Senja, tidak ada teori melainkan langsung praktek menulis!
Peserta kelas menulis diberi waktu 30 menit untuk melahirkan karya dengan tema Santri Bersedekah. Dari 100 tulisan yang masuk dipilih 10 terbaik, kemudian diberi bingkisan kenang-kenangan dari Mandiri Amal Insani.
Adapun pekerjaan rumah atau tugas yang diberikan Pipiet Senja adalah menyempurnakan tulisan, tenggat waktunya selama seminggu. Kumpulan tulisan itulah yang akan dibukukan.
Sesi Literasi usai pukul 12.00, ishoma untuk sholat Zuhur, kemudian dilanjutkan dengan sesi Blogging bersama Kang Romel. (Pipiet Senja, Malang, Ramadhan 1438 Hijriyah)