fbpx

Bisikan Setan atas Nama Tuhan

 

Dalam rangkaian zaman bergulir, manusia tidak pernah lepas dari tipu daya setan. Bisikannya licik, halus, dan penuh tipu muslihat, bahkan sering mengatasnamakan Tuhan. Dalam kelemahan ilmu dan iman, bisikan ini dapat menyeret seseorang untuk berpikir bahwa mereka berada di jalan yang benar, padahal sesungguhnya mereka telah tersesat jauh dari ridha Allah.

Setan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Allah mengingatkan kita dalam Al-Qur’an:

“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh. Sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fathir: 6)

Namun, yang paling berbahaya adalah ketika setan menyamar sebagai kebenaran dan membajak nama Tuhan untuk menyesatkan manusia. Kisah-kisah di masa lalu telah memberikan kita pelajaran mendalam tentang bagaimana tipu daya ini bekerja.

 

Kisah Syekh Abdul Qadir al-Jailani dan Tipu Daya Setan

Syekh Abdul Qadir al-Jailani, seorang wali Allah yang terkenal dengan ketinggian ilmunya, pernah mengalami godaan setan yang sangat licik. Suatu ketika, setan menampakkan dirinya dalam wujud cahaya terang dan berkata:

“Wahai Abdul Qadir, aku adalah Tuhanmu. Karena kesalehanmu, aku membebaskanmu dari kewajiban shalat dan ibadah lainnya.”

Namun, dengan ilmunya yang tinggi dan hatinya yang penuh keimanan, Syekh Abdul Qadir segera menjawab:
“Enyahlah, wahai setan! Aku tahu, Allah tidak akan pernah membebaskan hamba-Nya dari kewajiban yang telah ditetapkan.”

Kisah ini mengajarkan bahwa ilmu agama dan keimanan yang kuat adalah benteng terbaik melawan tipu daya setan. Tanpa ilmu, seseorang dapat dengan mudah tertipu oleh bisikan setan yang menyamar sebagai kebenaran.

 

Kisah Bal’am bin Ba’ura: Kesalehan yang Terkalahkan oleh Hawa Nafsu

Kisah Bal’am bin Ba’ura, seorang ulama besar di zaman Nabi Musa, adalah bukti lain dari liciknya tipu daya setan. Bal’am memiliki ilmu yang tinggi dan nama Allah selalu dikabulkan dalam doanya. Namun, karena tergoda oleh iming-iming duniawi, ia menggunakan ilmunya untuk melawan Nabi Musa.

Allah menggambarkan kondisi Bal’am bin Ba’ura dalam Al-Qur’an:

“Dan bacakanlah kepada mereka berita tentang orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami, kemudian ia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu setan mengejarnya, maka jadilah ia termasuk orang-orang yang sesat.” (QS. Al-A’raf: 175)

Bal’am adalah contoh nyata bahwa kesalehan tanpa keikhlasan dan ketaatan dapat menjadikan seseorang alat bagi setan untuk menyebarkan kesesatan.

 

Durhaka: Jalan yang Membuka Bisikan Setan

Salah satu pintu masuk utama bagi setan adalah kedurhakaan. Hati yang lemah dalam ketaatan menciptakan celah yang memudahkan setan untuk masuk tanpa disadari. Durhaka mencakup berbagai bentuk, di antaranya:

  1. Durhaka kepada orang tua: Tidak menghormati, menyakiti hati, atau tidak memenuhi hak-hak mereka. Allah telah menegaskan pentingnya berbuat baik kepada orang tua:
    “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tua.” (QS. Al-Isra: 23)
  2. Durhaka kepada pasangan: Karena salah satu prestasi Setan adalah terjadinya perceraian dan rusaknya rumah tangga, terutama Rumah tangga orang shalih.
    “Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air, kemudian dia mengutus pasukannya. Yang paling dekat kedudukannya dengan Iblis adalah yang paling hebat fitnahnya. Salah satu dari mereka datang dan berkata, ‘Aku telah melakukan ini dan itu.’ Maka Iblis berkata, ‘Kamu belum melakukan apa-apa.’ Kemudian datang yang lain dan berkata, ‘Aku tidak meninggalkannya sampai aku berhasil memisahkan dia dengan istrinya.’ Maka Iblis mendekatkannya kepada dirinya dan berkata, ‘Engkaulah yang terbaik.” (HR. Muslim No. 2813)

    • Bagi istri: Tidak taat kepada suami, melawan atau tidak memenuhi hak suami yang menyebabkan tidak ridho kepada istrinya. Rasulullah ﷺ bersabda:

    “Jika seorang wanita meninggal dunia sementara suaminya ridha kepadanya, maka ia akan masuk surga.”
    (HR. Tirmidzi)

    • Bagi suami: Mengkhianati istri, tidak memberikan nafkah, atau menyakiti hati istri dengan sikap yang kasar. Allah berfirman:

    “Dan bergaullah dengan mereka (istri-istrimu) secara patut.”
    (QS. An-Nisa: 19)

     

  3. Durhaka kepada anak: Mengabaikan pendidikan agama dan kasih sayang yang menjadi hak anak, atau memberikan teladan buruk yang menjauhkan mereka dari jalan Allah.

 

Penyebab Lain Tertipu oleh Setan

Selain kedurhakaan, ada faktor lain yang membuat manusia mudah tertipu oleh setan:

  1. Kejahilan (kebodohan): Kurangnya ilmu, menyebabkan seseorang mudah menerima sesuatu yang tampak benar tetapi sesat.
  2. Hawa nafsu: Keinginan duniawi yang berlebihan melemahkan iman dan membuka jalan bagi setan.
  3. Kesombongan: Merasa diri selalu benar orang lain salah dan menolak nasihat adalah pintu besar bagi tipu daya setan.
  4. Kurangnya dzikir: Hati yang jarang berdzikir menjadi lemah dan rentan terhadap godaan setan. Seringkali manusia merasa sering berdzikir padahal hanya sekedar diujung jari dan lidahnya saja. Saat terpukau atau kaget menyebut nama selain Allah menampakan salah satu tanda dzikirnya belum sempurna pada dirinya.

 

Mengantisipasi Tipu Daya Setan

Untuk melindungi diri dari bisikan setan, diperlukan langkah-langkah berikut:

  1. Tingkatkan ilmu agama: Ilmu adalah benteng yang melindungi manusia dari kebodohan dan kesesatan.
    “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.”
    (QS. Al-Mujadilah: 11)
  2. Perbanyak ibadah: Shalat, puasa, dan ibadah lainnya memperkuat hubungan dengan Allah dan melemahkan godaan setan.
  3. Lakukan dzikir secara rutin: Dzikir adalah perisai hati dari bisikan setan. Rasulullah ﷺ bersabda:
    “Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dengan yang tidak berdzikir seperti perbandingan orang yang hidup dengan orang yang mati.”
    (HR. Bukhari)
  4. Bergaul dengan orang-orang saleh: Lingkungan yang baik memperkuat iman dan menjauhkan dari pengaruh buruk.
  5. Berdoa memohon perlindungan: Mintalah perlindungan kepada Allah dari tipu daya setan. Nabi mengajarkan doa:
    “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari bisikan-bisikan setan dan aku berlindung kepada-Mu dari kehadiran mereka di sisiku.”


Hikmah Utama

Kisah Syekh Abdul Qadir al-Jailani dan Bal’am bin Ba’ura menjadi pelajaran penting bahwa setan akan terus berusaha menyesatkan manusia, baik yang lemah maupun yang kuat imannya. Hanya dengan ilmu, amal, dan keikhlasan, kita dapat mengalahkan tipu daya setan dan tetap berjalan di jalan yang diridhai Allah. Dengan menjauhi kedurhakaan dan memperkuat ketaatan, kita dapat menjadi hamba yang dicintai Allah dan dijauhkan dari tipu daya musuh terbesar manusia.

Penulis: Qodrat SQ

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL