fbpx

Bersyukur Dengan yang Sedikit

Dari An-Nu’man bin Basyir, Rasulullah bersabda, ““Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad)

Pembaca yang budiman, bisakah kita memerinci satu per satu secara mendetail apa saja nikmat yang telah Allah berikan kepada kita setiap hari? Tentu sulit, bukan? Selalu ada hal-hal kecil yang terlewatkan karena kita tidak menganggapnya sebagai nikmat, hanya kewajaran biasa yang kita terima setiap hari. Katakanlah kita selalu lupa dengan nikmat berupa masih bisa bernafas lega; menghirup udara dengan bebas tanpa bantuan alat pernapasan.  Kita menganggap bernafas adalah sebuah rutinitas yang sangat biasa karena setiap waktu kita selalu melakukannya bahkan tanpa sadar. Nah, tanpa kesadaran itulah, kita kerap melupakan bahwa bernafas adalah salah satu nikmat Allah.

Perkara-perkara kecil yang seringnya kita alami dalam sepanjang usia kita saat ini, juga termasuk ke dalam nikmat yang Allah berikan. Tak jarang kita hanya menganggap perkara besar yang mengundang decak kagum dan rasa bahagialah yang disebut dengan kenikmatan dan anugerah dari Allah. Namun, seberapa seringkah kita mendapatkan hal-hal fantastis itu dalam seumur hidup ini? Seperti, naik jabatan, naik gaji, kelulusan, memenangkan sebuah proyek, mendapatkan nilai tertinggi dalam sebuah tes, dinyatakan sembuh dari penyakit yang selama ini diderita, dan hal-hal besar lainnya yang akan menjadi sejarah dalam perjalanan hidup kita. Tentu beberapa kejadian luar biasa tersebut tak selalu terulang setiap hari, bukan? Ketika kita mendapatkan salah satu dari kenikmatan yang luar biasa tersebut, sudah sepatutnya dan seharusnya kita bersyukur.

Kita sering melupakan detail-detail kecil yang polanya selalu berulang setiap hari dan itu menguntungkan kita. Selain bernafas yang sudah disebutkan di awal, kita terbiasa minum, makan, berjalan, memasak, berbelanja kebutuhan sehari-hari, mengurus rumah, anak, dan pasangan hidup, bekerja, belajar, bermain, tidur, ibadah, bercengkrama dengan teman, tetangga, atau saudara, badan yang sehat, keluarga yang rukun, tetangga baik, teman kerja yang kompak, berbagai rutinitas lain yang berjalan dengan lancar merupakan sebuah bentuk kenikmatan yang sudah sepatutnya juga kita syukuri.

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7)

Ingatlah, Allah sendiri telah berjanji dalam ayat tersebut bahwa Dia akan menambahkan kenikmatan jika kita mau bersyukur atas segala hal yang telah Allah berikan kepada kita. Syukur merupakan wujud dari keimanan dan ketaqwaan seorang hamba terhadap Zat yang Maha Pemberi dan Pengasih. Orang yang senantiasa bersyukur adalah mereka yang memiliki tingkat keimanan yang berkualitas karena ia mempercayakan dan menyerahkan semua urusan hidupnya kepada Allah semata. Ia percaya bahwa semua yang Allah berikan adalah yang terbaik untuk dirinya. Ia meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya Zat yang Paling Sempurna dalam mengurus kehidupannya.

Mensyukuri hal-hal kecil merupakan wujud penghambaan seseorang yang ikhlas dan patuh terhadap kehendak Allah. Bersyukur sangatlah sulit dilakukan oleh mereka yang memiliki sifat sombong dalam hatinya. Jangankan mensyukuri hal-hal kecil, ketika Allah memberikan mereka nikmat yang besar, mereka malah menganggap semua kenikmatan tersebut merupakan hasil kerja kerasnya sendiri. Lantas mereka berbangga hati dan memamerkannya sebagai hasil jerih payahnya sendiri tanpa ada campur tangan siapapun. Parahnya lagi, mereka mengolok-olok orang lain yang belum mendapatkan kenikmatan tersebut. Maka, jadilah mereka orang-orang yang sombong yang tak Allah sukai. Naudzubillah min dzalik.

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah mengatakan ancaman bagi mereka yang tidak mau bersyukur atas nikmat Allah.

“Sesungguhnya Aku ini Allah, tiada Tuhan selain Aku. Barangsiapa yang tidak bersabar atas cobaan-Ku, tidak bersyukur atas segala nikmat-Ku serta tidak rela terhadap keputusan-Ku, maka hendaklah ia keluar dari kolong langit dan cari Tuhan selain Aku”.

Allah membenci hambaNya yang tidak mau bersyukur atas apapun yang Allah tetapkan kepadanya. Keengganan seseorang yang tidak bersyukur menandakan bahwa ia tak mempercayakan semua urusan hidupnya kepada Allah. Ia selalu merasa tidak puas dan selalu merasa kurang atas apa yang Allah berikan. Ia tak meyakini bahwa Allah selalu memberikan hambaNya perkara-perkara yang baik. Lebih jauh lagi, keimanannya kepada Allah lambat laun meluntur dan ia tak lagi membutuhkan Allah dalam hidupnya.

Untuk perbuatan dan persangkaan yang sangat keji tersebut, Allah mengusir hamba tersebut dari alam semesta dan menyuruh hamba itu mencari tuhan lain selain Allah. Padahal kita semua tahu, satu-satunya Zat yang patut diibadahi dan dimintai pertolongan hanyalah Allah. Tidak ada daya dan kekuatan melainkan Allah. Dan kita semua meyakini dengan pasti bahwa semua yang ada di alam semesta adalah kepunyaan Allah. Kalimat pengusiran yang berbunyi, “…maka hendaklah ia keluar dari kolong langit dan cari Tuhan selain Aku” ini bermakna Allah tak lagi mau ikut campur dalam kehidupannya. Maka, ketika Allah sudah berlepas tangan terhadap urusan seorang hamba, maka yang tersisa hanyalah keburukan-keburukan yang akan menghancurkan hamba yang durhaka tersebut. Nauzubillah min dzalik.

Mensyukuri hal-hal kecil yang terjadi di dalam hidup kita merupakan sebuah bukti tak terbantahkan betapa kita selalu menghadirkan, melibatkan, dan mengingat Allah dalam setiap urusan. Mensyukuri hal-hal kecil termasuk sebagai salah satu upaya mengistiqomahkan amalan-amalan sholeh yang akan memudahkan kita untuk mensyukuri nikmat Allah yang lebih besar lagi. Jika kita sudah terbiasa mensyukuri nikmat yang kecil dengan penuh keikhlasan, maka akan lebih mudah lagi untuk menerima nikmat yang lebih besar.

Justru sebaliknya, mereka yang baru bersyukur ketika mendapatkan anugerah yang besar tidak akan menjamin mereka juga bisa mensyukuri hal-hal yang kecil dan terlihat remeh. Seperti yang telah dijelaskan di awal, mereka ini terbiasa menganggap bahwa hal-hal kecil itu merupakan beberapa perkara yang sudah sewajarnya dan semestinya terjadi. Mereka lupa bahwa tanpa Allah, hal-hal sekecil apapun tidak akan pernah terjadi.

Bersyukur kepada Allah tak hanya wajib kita lakukan ketika mendapatkan kenikmatan saja, baik kenikmatan yang kecil maupun kenikmatan yang besar. Bersyukur kepada Allah juga wajib kita amalkan bahkan ketika Allah memberikan kita sebuah musibah yang membuat hati remuk redam. Tetap bersyukur atas musibah yang Allah berikan kepadanya merupakan bukti bahwa ia benar-benar beriman dan percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi di dalam hidupnya adalah karena Allah yang mengaturnya. Ia percaya bahwa ujiannya ini adalah perkara yang terbaik untuk dirinya dan ia yakin bahwa Allah memberikannya ujian sedemikian rupa karena Allah tahu bahwa ia mampu melaluinya dengan tangguh. Ia bersyukur bahwa dirinyalah yang dipilihNya untuk ujian tersebut karena ia bisa meningkatkan kualitas keimanannya dan mendekatkan diri kepada Allah.

Sikap dan pola pikir demikian terbentuk dari keistiqomahan seorang hamba untuk terus mensyukuri nikmat-nikmat kecil yang Allah berikan kepadanya. Keberhasilannya tersebut membawanya kepada sebuah sikap ksatria yang sanggup mencari makna dan hikmah dari ujiannya tersebut. Hatinya tetap tenang dan bersih dari segala prasangka buruk terhadap siapapun. Pada akhirnya, Allah akan menunaikan janjiNya terhadap hambanya yang tetap bersyukur meski sedang berada di ujung tanduk itu. Allah angkat musibahnya dan Allah ganti semua dengan banyak kebaikan setelahnya. Ma syaa Allah.

Lantas bagaimana dengan mereka yang tidak mampu menyadari kenikmatan-kenikmatan kecil dalam hidupnya? Hal yang sebaliknya akan terjadi pada diri mereka. Mereka akan dipenuhi oleh amarah dan prasangka buruk terhadap siapa saja yang berkaitan dengan musibah itu. Tak berhenti sampai di situ, mereka larut dalam kesedihan dan tak jarang berputus asa dari rahmat Allah. Mereka tak mampu melihat dan menganggap bahwa musibah tersebut adalah tanda kasih dan cara Allah untuk menaikkan derajat mereka. Yang mereka yakini hanyalah musibah itu bukti kebencian seseorang terhadap mereka.

Pola pikir tersebut diawali dari sulitnya mereka menerima hal-hal kecil dengan rasa syukur. Mereka menganggap bahwa bersykur hanya karena perkara-perkara besar nan indah telah didapatkannya. Mereka hanya melibatkan Allah pada waktu-waktu tertentu saja yang bahkan tak jarang tak mereka libatkan sama sekali.

Demikianlah betapa pentingnya menanamkan rasa syukurnya di dalam pikiran dan hati kita terhadap apapun yang Allah tetapkan dan berikan. Sikap dan sifat untuk senantiasa bersyukur akan menjadi perantaraan Allah dalam menambahkan banyak rezeki dan kenikmatan lainnya. Sebaliknya, betapa bahayanya ketika kita enggan bersyukur terhadap hal-hal kecil dalam hidup. Allah akan berpaling dari kita jika kita juga berpaling dari rahmat Allah dengan cara mengingkari setiap kenikmatan yang Allah berikan. Semoga kita senantiasa termasuk hamba Allah yang pandai bersyukur. Aamiin aamiin yaa Rabbal’aalamiin.

Penulis,
(Dessy Husnul Q)

 

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL