fbpx

Al-Qur’an Sebagai Petunjuk Hidup Manusia

Al-Qur’an adalah pedoman hidup umat Islam. Di dalamnya, terdapat banyak aturan main yang harus dilaksanakan oleh umat Islam, seperti larangan yang harus dihindari dan perintah yang harus dikerjakan. Selain berisikan tentang aturan yang harus dipatuhi, Al-Qur’an juga berisi tentang kisah para umat terdahulu, baik yang Allah selamatkan dan Allah angkat harkat martabatnya karena keimanan kepada Allah seperti kisah para Ashabul Kahfi maupun umat yang Allah azab karena berbuat melampaui batas seperti kaum Madyan.  Tak hanya itu, Al-Qur’an juga berisikan ilmu sains, akidah Islam,  dan juga janji Allah akan balasan berupa surga dan neraka.

Dengan berbagai macam isi yang tercantum dan dijelaskan di dalam kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, sudah barang tentu Al-Qur’an memiliki banyak fungsi. Al-Qur’an berfungsi sebagai Al-Furqon atau pembeda antara mana yang haq dan mana yang bathil. Al-Qur’an juga berfungsi sebagai Asy-Syifa atau obat bagi mereka yang hatinya tidak tenang dan sering memiliki penyakit hati. Bahkan ada pepatah yang menyatakan, seberapa tenang diri dan hatimu tergantung pada seberapa sering Anda membaca Al-Qur’an dalam sehari semalam.

Fungsi Al-Qur’an yang selanjutnya adalah Al-Mau’izatul atau pemberi nasihat. Di dalam setiap kisah para umat terdahulu, pelajaran akidah, atau aturan hidup yang dijelaskan dalam Al-Qur’an, terdapat nasihat-nasihat yang Allah berikan. Tujuannya agar menjadi renungan dan pembelajaran bagi yang mempelajari Al-Qur’an. Selanjutnya, Al-Qur’an ini berfungsi sebagai Al-Huda atau pemberi petunjuk manusia, mana yang benar dan harus dilakukan dan mana yang salah dan harus dijauhi.

Berkenaan dengan Al-Qur’an sebagai Al-Huda, Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 185 yang artinya, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”.

Dari redaksi ayat di atas, Al-Qur’a adalah petunjuk bagi seluruh tanpa terkecuali. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Banyak orang yang mengingkari kebenaran dan enggan mengimaninya. Sebagian dari mereka yang menolak kebenaran Al-Quran beranggapan bahwa kitab suci ini merupakan buatan Nabi Muhammad. Nauzubillah min dzalik. Meyakini hal seperti ini sama saja dengan merendahkan kemahakuasaan Allah. Akhirnya mereka mencari zat lain untuk dapat mereka jadikan tuhan yang ajarannya bisa mereka atur sekehendak hati mereka. Padahal jelas-jelas di dalam Al-Qur’an sûrah Âli ‘Imrân ayat 19 telah disebutkan  bahwa,  “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam”.

Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 1-2 yang artinya, “Alif lam mim. Ini adalah kitab yang tidak ada keraguan sedikit pun padanya. Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa”

Dengan sangat gamblang Allah menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah mukjizat bagi Nabi Muhammad yang fungsinya sebagai petunjuk hidup bagi mereka yang bertaqwa. Orang yang bertaqwa dan beriman hanya kepada Allah, akan sangat mudah meraih hidayah, memahami serta mengamalkan seluruh ajaran Islam yang termaktub di dalam kitab suci tersebut. Hati mereka akan terasa sangat lapang menerima berbagai perkara yang Haq dan rela menjauhi perkara yang bathil karena dikhawatirkan dapat merusak akidah mereka.  Orang yang sudah meyakini dan mempercayai kekuasaan Allah, akan dengan mudah mengenyahkan keraguannya terhadap ajaran Islam. Malah, dengan sifat keingintahuan yang Allah anugerahkan kepada manusia, mereka akan semakin meyakini kebenaran yang disampaikan Allah melalui kitabNya tatkala membuktikan sendiri apa yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dengan ilmu dan teknologi yang berkembang pesat ini.

Al-Qur’an sebagai Al-Huda juga berperan penting untuk mengentaskan umat manusia dari kesesatan yang snagat nyata. Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak dalil yang membahas bagaimana cara hidup dengan baik. Contoh sederhana saja, di dalam Al-Qur’an, Allah melarang kita untuk meminum khamar dan melakukan praktik perjudian. Larangan ini dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 219 yang artinya, “Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.”

Pertanyaannya, mengapa khamar dan perjudian dilarang? Kedua perkara ini menimbulkan kemudharatan dan keburukan jauh lebih banyak ketimbang kebaikannya. Menegak khamar tidak akan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Justru khamar merupakan pelarian sementara yang hanya akan menambah masalah lain. Menegak khamar berarti menyakiti diri sendiri karena alkohol yang terkandung dalam minuman tersebut akan merusak sistem organ tubuh vital, seperti otak dan jantung. Tanpa kedua organ vital yang bekerja dengan baik, mustahil seseorang dapat melakukan aktivitas dan ibadah dengan benar.

Hal yang sama juga terjadi pada praktik perjudian. Judi bukan cara untuk mencari rezeki, melainkan jalan untuk memperburuk status ekonomi dan menyuburkan kemiskinan. Lebih jauh lagi, perjudian menumbuhkan banyak tindak kriminal demi mendapatkan uang untuk berjudi.

Lihatlah, betapa banyak kemudharatan dari khamar dan judi yang Allah larang. Tujuan Allah melarang kita melakukan dua hal tersebut adalah karena Allah tak ingin kita berada dalam kesesatan nyata dan jatuh dalam keterpurukan.

Melalui Al-Qur’an, Allah juga memberikan bimbingan dan arahan untuk senantiasa berbuat baik kepada sesama. Salah satu ayat yang menjelaskan tentang anjuran berbuat baik terdapat surah Al-Baqarah ayat 195 yang artinya, “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”

Berbuat baik dapat dilakukan dengan cara apa saja. Dalam sebuah hadits, Rasulullah menjelaskan bahwa setiap perbuatan baik bernilai sedekah. Tentu saja, perintah Allah kepada kita untuk senantiasa berbuat baik akan selalu kembali kepada pengamalnya dalam bentuk pahala sedekah.

Sebagai petunjuk, Al-Qur’an juga menjelaskan tentang perintah melaksanakan ibadah.  “Dan janganlah kamu mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah) kamu menyembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya. Dan tegakkanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.”  (Q.S Al-Baqarah: 42-43).

***

Tujuan Allah menciptakan manusia di muka bumi ini tak lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Allah telah menurunkan petunjuk dan pedoman yang dapat dijadikan umat manusia sebagai tuntunan bagaimana menjalani hidup yang semestinya. Mari kita ingat sejenak sebuah lirik nasyid yang sempat populer di awal tahun 2000an, sepohon kayu daunnya rimbun/lebat bunga serta buahnya// walaupun hidup seribu tahun bila tak sembahyang apa gunanya?//

Agar kita tidak menjadi manusia yang ada dalam lirik nasyid tersebut, kembalilah kepada Al-Qur’an dan jadikanlah ia satu-satunya pedoman hidup selain Al-Hadits. Semoga Allah terus menjaga hati dan keimanan kita. Aamiin aamiin yaa Rabbal’aalamiin.

Penulis,
(Dessy)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL