fbpx

Ajari Anakmu Menutup Auratnya Sejak Dini

Islam memerintahkan, menuntut, dan mewajibkan setiap penganutnya untuk menjaga, memperhatikan, dan menutupi auratnya. Hukum ini berlaku untuk setiap laki-laki dan perempuan yang menjadi umat Rasulullah. Menurut bahasa, aurat artinya malu, aib, atau buruk.  Aurat  berasal dari beberapa kata dalam bahasa Arab, yakni ‘awira, ‘ara, a’wara. ‘Awira artinya hilang perasaan, ‘ara berarti menutup atau menimbun sedangkan a’wara berarti sesuatu yang mencemarkan jika dilihat. Dari berbagai pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa aurat merupakan sesuatu yang harus ditutup dan tak boleh dilihat orang lain karena akan menimbulkan rasa malu atau mencemarkan nama baik.

Secara istilah, aurat bermakna bagian tubuh seseorang yang tidak boleh dilihat oleh orang lain dan untuk itu harus ditutupi kecuali dalam keadaan darurat, seperti ikhtiar pengobatan. Menutup aurat hukumnya wajib dan membutuhkan pengetahuan, niat, pembiasaan, dan dukungan lingkungan sekitar.

Menutup aurat tak sama dengan membalut aurat. Menutupi tak hanya berhenti pada memakai pakaian yang sekadar menutupi aurat saja, tetapi juga wajib untuk tidak membentuk lekuk tubuh yang ditutupi oleh pakaian tersebut. Pemahaman ini menuntut setiap dari kita untuk lebih memperhatikan lagi bahan dan jenis kain serta model pakaian yang kita kenakan. Jangan sampai busana yang kita pakai hanya sekadar membalut dan tetap memperlihatkan lekuk tubuh.

Mereka yang mengaku menjunjung tinggi kesetaraan gender dan kebebasan berekspresi berdalih, mempertontonkan aurat adalah sebagian dari hak dan cara menghargai keindahan tubuhnya. Menurut mereka, keindahan tubuh merupakan anugerah dari Sang Pencipta yang tidak seharusnya ditutupi. Masih menurut mereka, menunjukkan lekuk tubuhnya merupakan cara untuk menghargai keindahan pemberian Tuhan dan sebagai salah satu ciri peradaban yang maju.

Pendapat dan pemahaman tersebut sangat keliru dan salah. Pemahaman seperti itu sangatlah jelas berasal dari hasutan syaitan. Allah berfirman dengan tegas untuk menutup aurat dalam surah Al-Ahzab ayat 59 yang artinya, “Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka!” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Apa Saja Batasan Aurat bagi Laki-laki dan Perempuan?

Ada perbedaan yang mendasar antara aurat kaum Adam dengan aurat yang dimiliki kaum Hawa. Para lelaki memiliki aurat yang lebih sedikit ketimbang auratnya perempuan, yakni hanya sebatas antara pusar dan lutut seperti yang Rasulullah jelaskan dalam sebuah hadits yang artinya, “Antara pusar dan lutut adalah aurat.” (HR.Hakim)

Aurat perempuan, menurut Imam Nawawi, adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Pendapat yang dikemukakan oleh Imam Nawawi tersebut disepakati oleh mayoritas ulama dan merupakan pendapat yang terkuat.

Mengapa Aurat Harus Ditutupi?

 Secara naluriah, manusia memiliki rasa malu apabila orang lain melihat apa yang seharusnya tak boleh dilihat oleh orang lain. Allah tanamkan rasa malu kepada setiap hati manusia dan oleh karena itulah rasa malu termasuk ke dalam sebagian dari iman. Kisah pertama tentang malunya seorang manusia ketika auratnya terbuka adalah peristiwa tentang Nabi Adam dan Siti Hawa yang ketika itu masih berada di dalam surgaNya. Kala itu, keduanya terhasut oleh bisikan Iblis yang hatinya sangat dengki kepada Nabi Adam dan Siti Hawa. Iblis menghasut keduanya agar memakan buah khuldi, buah yang telah Allah larang untuk Nabi Adam dan istrinya makan. Namun, dengan bujuk rayu Iblis, keduanya khilaf dan memakannya.

Sontak saja, aura keduanya terlihat dan Nabi Adam serta istrinya yang merasa malu langsung mengambil lembaran daun surga untuk menutupi auratnya. Kisah ini Allah abadikan dalam surah Al-A’raf ayat 22 yang artinya,  “Maka syaithan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Rabb mereka menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan aku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”

Dari kisah ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa rasa malu karena terbukanya aurat sudah Allah tanamkan dalam hati setiap manusia. Tak ada yang rela auratnya dipertontonkan kepada khalayak ramai. Bahkan ketika ada seorang wanita yang dengan sadar berpakaian minim pun akan marah dan risih bila ia sengaja dipandangi oleh para lelaki.

Menutup aurat, khususnya kaum wanita, kita bisa membedakan mana wanita yang beragama Islam dan mana yang nonIslam. Hal ini telah Allah jelaskan dalam surah Al-Ahzab ayat 59 yang telah dicantumkan di atas. Namun, sayangnya seiring berjalannya waktu, semakin banyak pula wanita dari kalangan Islam yang melepas dan  atau sejak awak tidak mengenakan hijab. Mereka berbusana laiknya para wanita nonIslam. Seharusnya, sebelum mereka memutuskan untuk tak menggunakan hijab (padahal mereka beragama Islam), mereka harus memahami hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud tentang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari golongannya.

Mengapa Harus Mengajarkan Anak Menutupi Auratnya?

Menutup aurat sangat penting untuk ditanamkan serta diajarkan oleh para orangtua kepada anaknya sedari kecil. Ini merupakan salah satu pendidikan akidah dan moral yang wajib diberikan oleh orangtua. Dengan mengajarkan, memberi pengertian, dan membiasakan anak menutup auratnya, sebagai orangtua, kita telah mengajarkan mereka bagaimana menaati perintah Allah sekaligus mengajarkan mereka bagaimana melindungi, merawat, dan menghargai tubuhnya.

Banyak orangtua yang bangga dan senang mendandani anak perempuan mereka dengan busana yang sangat kekurangan bahan. Entah sadar atau tidak, mereka bangga memperlihatkannya aurat dan lekuk tubuh anak perempuannya yang masih kecil itu dengan dalih membuat anaknya semakin cantik dan lucu. Padahal, dampaknya sama sekali tidak lucu!

Anak-anak yang minim perhatian dari kedua orangtuanya dan juga dipakaikan baju yang sangat minim bahan sangatlah rentan untuk dijadikan korban kekerasan seksual. Bukan rahasia umum lagi bahwa di luar sana begitu banyak ‘predator anak’ berkeliaran tanpa kita tahu siapa dan di mana. Mereka yang mengidap pedofilia ini mengincar anak-anak untuk memuaskan hawa nafsunya. Untuk itulah, sebagai orang tua, kita bertanggung jawab penuh atas keselamatan anak-anak kita. Salah satu cara menjaganya adalah dengan mengajarkan, memberi pemahaman, dan mencontohkan bagaimana menutup aurat dengan baik. Selain itu, menjaga pergaulan dan selalu mengawasi lingkungan bermain anak juga sangat perlu kita lakukan untuk mengindari hal-hal buruk yang bisa saja menimpa anak-anak.

Tak hanya bertujuan untuk mencegah pelecehan seksual terhadap anak-anak, mengajarkan menutup aurat sedini mungkin sama saja dengan berikhtiar menanamkan akidah Islam kepada mereka. Menutup aurat adalah perintah langsung dari Allah. Bertaqwa dan beriman kepada Allah berarti memutuskan untuk berusaha semaksimal mungkin untuk terus melaksanakan perintahNya, termasuk urusan menutup aurat.

Allah sendiri yang mengatakan bahwa sebaiknya pakaian adalah ketaqwaan kepadaNya. Salah satu cara membuktikan ketaqwaan kita terhadap Allah adalah dengan cara berpakaian yang sesuai dengan syariat yang Islam ajarkan.  Islam adalah agama yang mengajarkan penganutnya untuk terus menyucikan, menjaga, dan merawat diri sendiri. Dengan menutup aurat, seseorang telah menyucikan pikiran dan hatinya sekaligus menyelamatkan orang lain dari pikiran dan benak yang kotor nan tercela. Menutup aurat juga berarti menjaga kesucian dan martabat banyak pihak. Hal inilah yang wajib ditanamkan dan diajarkan oleh orangtua kepada anak-anaknya.

Tidak hanya cukup mengajarkan, orangtua juga wajib memberikan dan menjadi suri tauladan yang baik bagi anak-anak. Dunia anak-anak adalah dunia bermain dan meniru perilaku mereka yang berada di lingkungannya. Untuk itulah, sebelum mendidik anak-anak untuk berperilaku yang baik dan benar, dalam hal ini termasuk menutup aurat, sebagai orangtua, kita wajib memperbaiki dan mendidik diri sendiri menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tujuan dan niatnya bukan karena agar anak-anak meniru perbuatan baik kita, tetapi tempatkan niat tersebut untuk meraih ridho Allah. Jika Allah sudah meridhoi ikhtiar kita, maka Allah yang akan menggerakkan dan melembutkan hati anak-anak  tersebut.

Semoga kita menjadi orangtua yang mampu mengayomi dan mendidik anak-anak sesuai dengan syariat Islam. Mengenalkan syariat Islam sedini mungkin kepada anak, sama saja dengan lebih awal menjauhkan api neraka dari buah hati kita. Ingatlah, anak-anak adalah titipan paling berharga yang suatu hari akan tiba masanya kita dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah. Jadi pastikan, bekali anak-anak dan isi jiwa seta pikirannya dengan nilai-nilai Islami. Semoga Allah memudahkan ikhtiar kita tersebut. Aamiin aamiin yaa Rabbal’aalamiin.

Penulis,
(Dessy Husnul Q)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL