fbpx

Ada Senyuman Di Balik Masker

Pandemi covid-19 yang melanda seluruh negara telah menjadi mimpi buruk bagi kita semua, tanpa terkecuali. Sebelum pandemi ini terjadi, kita adalah pribadi yang sangat senang bersosialisasi; bebas berkegiatan di luar sana tanpa mengkhawatirkan apapun. Kita terbiasa bertemu, bertamu, dan bergaul dengan siapa saja. Melakukan aktivitas apapun tanpa terbatas oleh protokol kesehatan apapun dan bebas mengunjungi tempat di mana pun tanpa batas waktu. Di tengah hingar bingar anugerah kebebasan yang Allah berikan kepada kita, tiba-tiba saja virus covid-19 menyeruak dan menyebar dengan sangat cepat ke seluruh dunia; merenggut semua kebebasan; membatasi ruang gerak kita.

Sudah tepat satu tahun kita hidup berdampingan dengan virus yang kabarnya kini bermutasi menjadi lebih ganas dari sebelumnya. Sudah satu tahun pula, mendadak kita hidup dengan keterbatasan. Waktu, ruang gerak, dan kebebasan lainnya yang dulu kita dapatkan kini menjadi serba terbatas. Ke mana pun kita pergi harus menggunakan masker, memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan, hanya keluar jika ada keperluan yang benar-benar mendesak, dan menjaga jarak antarsesama menjadi usaha terdepan dan termudah yang dapat kita lakukan demi memutus rantai penyebaran covid-19 ini.

Rasa nyaman dan jenuh tentu kerap kali menghinggapi kita. Kita rindu berjalan keluar rumah tanpa menggunakan masker untuk menghirup udara segar di taman, kita tentu rindu berjalan-jalan di pusat perbelanjaan atau menonton film di bioskop demi  memanjakan mata dan merelaksasi diri setelah seharian penat bekerja seharian. Kita juga belum lupa bagaimana bahagianya bisa bebas bersilaturrahim dengan keluarga besar di sebuah acara keluarga.

Di sisi lain, pandemi juga merobohkan perekonomian. Pemberlakuan PSBB demi memutus penyebaran virus ini juga memberikan dampak yang luar biasa di bidang perekonomian. Daya beli masyarakat terjun bebas karena penghasilan yang didapat tidak selancar dulu sebelum pandemi. Bersyukurlah kita yang Allah beri kesempatan untuk masih dapat hidup dalam perekonomian yang normal di tengah pandemi ini. Namun bagaimana dengan mereka yang penghasilannya benar-benar bergantung pada kehidupan normal?

Sebut saja seperti supir angkot, pedagang kantin sekolah, pedagang dengan modal kecil, driver ojek onlen, dan mata pencaharian lain yang sangat bergantung dari ramainya sebuah tempat. Mereka benar-benar mengandalkan ritme kehidupan normal sebelum pandemi ini datang menyergap. Belum lagi beban kebutuhan hidup yang semakin membengkak selama pandemi ini. Mereka harus memiliki stok masker yang cukup, mereka juga harus terus menyediakan kuota untuk kegiatan belajar daring anak-anaknya, belum lagi mereka juga harus terus makan makanan yang bergizi agar imunitas mereka kuat. Semua pengeluaran tambahan ini harus mereka anggarkan dari penghasilan yang menurun. Ironis bukan?

Masih segar dalam ingatan kita. Ketika virus ini baru saja menyebar ke negara ini, harga masker, hand sanitizer, suplemen peningkat imunitas tubuh, langsung meroket tajam. Bahkan stoknya dikabarkan sempat habis. Bagi warga yang perekonomiannya tidak begitu terdampak, mendapatkan masker, handsanitizer, atau suplemen tambahan tentu bukan hal yang sulit. Mereka dengan mudah menganggarkan pembelian barang-barang tersebut dengan harga yang mahal sekalipun. Namun bagaimana dengan warga yang perekonomiannya tergoncang hebat oleh pandemi dan  sebelumnya tidak memiliki stok masker atau lainnya? Mau membeli, tapi  pada saat itu, harganya sangat mahal.  Belum lagi mereka tetap harus membiayai kebutuhan lainnya.  Namun jika tidak membeli, nyawa taruhannya. Buah simalakama hidup mereka saat itu.

Saya teringat pada sebuah kejadian yang saya alami sendiri. Saya pernah membagikan beberapa buah masker kepada seorang pedagang es cincau yang biasa lewat di depan rumah. Ketika saya panggil untuk memberikan masker tersebut, dia mengeluh dan bergumam, “kirain mau ngasih beras. Ga taunya cuman masker tho.” Dari ucapan si pedagang ini, kita bisa tahu bahwa pedagang kecil (meski kita tak bisa memukul rata keadaan) mengusahakan tercukupinya kebutuhan pokok seperti makanan adalah hal yang paling utama untuk diusahakan ketimbang memiliki masker padahal masker kini menjadi barang yang penting juga.

Jahatnya, di tengah kepanikan masyarakat akan harga masker yang meroket tajam dan stok yang menipis, ada saja oknum-oknum tidak berkeperimanusiaan yang sengaja memancing di air keruh. Mereka  sengaja menimbun persediaan masker dan rencananya akan mereka keluarkan ke pasaran kalau situasi sudah semakin memanas dengan harapan mereka akan mendapatkan untuk berkali kali lipat. Namun, alhamdulillah. Sebelum niat jahatnya terlaksana, pelakunya sudah ditangkap dan kini mendapatkan ganjarannya.

Saya, Anda, dia, mereka, kita semua ingin pandemi ini segera berlalu; ingin segera terbangun dari mimpi buruk ini lalu kembali ke kehidupan normal di mana semuanya begitu mudah. Bekerja, belajar, berkegiatan, bersilaturrahim, dan melakukan aktivitas apapun dengan mudah dan bebas seperti sediakala. Namun, pernahkah kita berpikir dan merenungi hal ini? Mengapa semua ini terjadi?

Sebagai umat Islam yang meyakini adanya kekuasaan Allah dalam hidup kita, kita wajib meyakini dan mempercayai bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita adalah berkat campur tangan Allah. Bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini adalah karena Allah telah menakdirkan hak tersebut terjadi. Dan perlu kita ingat betul bahwa Allah menjadikan atau menciptakan sesuatu bukan tanpa sebab.

Tentu sesak bukan melihat angka korban berjatuhan karena pandemi ini semakin meningkat? Seolah kita kehilangan harapan untuk memulihkan bumi ini dan kembali ke kehidupan normal. Namun, menyalahkan dan bersikap antipati bukanlah sebuah jalan keluar. Mengeluh dan menyerah pada keadaan hanya akan memperburuk situasi dan melemahkan sistem imunitas tubuh. Daripada kita melakukan sesuatu yang akan lebih membuat kondisi semakin buruk, bagaimana jika kita melihat pandemi ini dari sisi lain?

Seperti yang sudah saya tulis di atas, Allah-lah yang menciptakan dan menjadikan segala sesuatu yang ada di bumi ini, termasuk virus covid-19. Allah menurunkan ujian ini kepada kita melalui perantara virus yang awalnya mewabah di Wuhan Cina. Kabarnya, virus ini merebak di Wuhan Cina karena kegemaran mereka memakan binatang yang sebenarnya tak lazim dimakan. Lalu, dalam hitungan bulan saja virus ini menyerang ke seantero dunia dan mulai membuat huru hara kedamaian penduduk dunia.

Apa pelajaran yang dapat kita ambil dari sini dan apa pula maksud Allah menciptakan ketidaknyamanan ini?

Kita hanya bisa menerka apa yang sebenarnya Allah maksudkan. Namun, sebagai umat Islam yang taat kepada Allah kita tetap wajib berhusnudzon kepada Allah karena Allah tergantung persangkaan hambanya.

Barangkali Allah ingin kita mengatur kembali tata laksana hidup kita yang selama ini sudah terlalu jauh dari kata qonaah dan mengagungkan pola hedonisme dalam diri kita. Bisa jadi selama ini kita terlalu banyak bersosialisasi di luar rumah dan lebih sering bercengkrama dengan kolega, rekan kerja, kenalan, teman bisnis. Kita abai dengan keluarga terdekat yang setia menunggu kita di rumah. Mereka (istri/suami, anak, orangtua, kakak/adik) menunggu kita di meja makan hanya agar bisa berbicara santai, bercanda, bercengkrama, menanyakan kabar masing-masing, beribadah bersama seperti solat berjamaan dan membaca Al Qur’an bergantian, atau mendiskusikan sebuah masalah kecil dengan kita. Namun yang kita berikan kepada mereka hanyalah sisa  waktu dan tenaga setelah seharian bekerja. Tak jarang, begitu sampai rumah kita langsung tidur atau bahkan lanjut mengerjakan pekerjaan yang tertunda.

Dengan pandemi ini, hampir seluruh perusahaan memberlakukan sistem WFH ke souruh pekerjanya. Memang, bekerja dari dalam rumah tidak seefisien dan seefektif ketika kita berada di dalam kantor, namun  Kita tinggal ambil sisi positifnya, Allah berikan kita kesempatan lebih banyak waktu  di rumah, bekerja di dalam rumah ditemani anggota keluarga yang selama ini mendapatkan sisa sisa saja dari kita. Kita tak lagi perlu menghabiskan waktu dijalankan terjebak macet. Waktu tersebut bisa kita gunakan untuk menebus kehilangan mereka akan diri kita.

Bisa saja Allah sedang menegur kita yang terlalu asyik masyuk dengan lingkaran kehidupan sendiri yang sudah menyamakan kita. Kita hidup dengan fasilitas yang lengkap, hidup serba berkecukupan, pertemanan dan pekerjaan yang menjanjikan hingga kita lupa bahwa apa yang kita miliki tak sepenuhnya milik kita. Bisa jadi covid-19 salah satu cara Allah menegur kita dan menyadarkan kita untuk mengeluarkan sebagian harta kita kepada mereka yang sangat terdampak covid-19 setelah perekonomian mereka dilukuhlantakkan virus ini tanpa bisa berkutik.

Melalui pandemi ini, Allah ingin sisi sosial kita tergelitik untuk menolong mereka yang tersungkur karena perekonomiannya hancur berantakan. Banyak sekali penggalangan dana yang diselenggarakan oleh banyak pihak untuk kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan. Terima kasih kepada Anda yang telah ringan hati mendermakan sebagian rezeki Anda demi membangun kembali perekonomian mereka. Semoga Allah balas semua kedermawanan Anda dengan sebaik-baiknya balasan.

Bisa jadi, Allah juga Allah sedang menegur kita karena kita terlalu sembarangan dan sembrono dalam menggunakan tubuh ini. Demi memuaskan hawa nafsu dan gaya hidup, apa saja kita makan tanpa memperhatikan dampaknya bagi kesehatan di masa yang akan datang bagaimana. Kita terlalu keras menggunakan tubuh ini, memforsir tubuh bekerja tanpa memberikan haknya untuk ditreatment sebaik mungkin.

Sekarang, mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus mengatur ulang pola hidup kita; mentreatment tubuh kita sebagai wujud syukur kepada Allah telah diberi kesehatan selama ini.

Selalu ada sisi positif yang bisa kita ambil dari setiap peristiwa yang Allah berikan kepada kita. Selalu ada hikmah dan pelajaran dari tiap apa yang terjadi dalam diri dan hidup kita. Selalu ada harapan untuk masa-masa terburuk di hidup kita. Selalu ada Allah di setiap nafas kita. Selalu ada senyuman di balik masker yang kerap kita gunakan untuk menghadapi sulitnya hidup di masa-masa pandemi ini. Selalu ada prasangka baik terhadap Allah di balik kejadian ini.

Yuk Salurkan sedekah anda melalui www.maiberbagi.or.id

Penulis,
(DHQ)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL