fbpx

Ada apa antara dirimu dengan Allah?

 

Mengapa hatimu tak nyaman mendekat kepada agama? Mengapa ada rasa malas untuk beribadah, terasa enggan bersedekah, dan tunduk pada perintah Allah? Apakah karena tak yakin tentang ganjaran kebaikan dan ketaatan yang dijanjikan-Nya? Ataukah karena hatimu telah tumpul, tak lagi takut akan ancaman hukuman-Nya atas setiap perbuatan buruk?

Sadarilah bahwa hubungan dengan Allah sedang renggang, itu tidak terjadi begitu saja. Bahkan ketika ingin beribadah seringkali bertemu kesulitan yang menghalangi. Mau ke masjid tiba-tiba mules, mau baca baca qur’an tiba-tiba ada keperluan mendesak, dan berbagai penyebab lainya. Itu adalah akibat dari hati yang perlahan-lahan kehilangan cahaya iman. Allah mengingatkan:

“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.”
(QS. Thaha: 124)

Hati yang jauh dari Allah tak pernah benar-benar menemukan kebahagiaan, sekalipun dunia menawarkan segala gemerlapnya. Sekalipun kekuasaan dan jabatan dalam genggaman. Semua yang kau miliki akan terasa hampa namun membuat jadi selalu merasa dahaga.

 

Mengapa Hati Tak Nyaman dengan Agama?

Hati yang terasa berat untuk mendekat pada agama biasanya disebabkan oleh tiga hal utama:

  1. Keraguan pada Janji Allah:
    Banyak yang merasa bahwa janji Allah tentang ganjaran ibadah dan sedekah adalah sesuatu yang tak bisa dirasakan secara langsung. Mereka lupa bahwa dunia hanyalah ladang untuk menanam, sementara hasil panennya akan dirasakan di akhirat. Allah berfirman: “Dan barang siapa yang menghendaki pahala di akhirat, Kami akan memberikannya pahala yang lebih besar…” (QS. Asy-Syura: 20)
  2. Tidak Takut Akan Hukuman Allah:
    Ketika hati sudah mati rasa, ancaman azab Allah tak lagi membangkitkan rasa takut. Rasulullah ﷺ bersabda: “Seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, sungguh kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  3. Cinta Dunia yang Berlebihan:
    Ketergantungan pada dunia membuat hati buta terhadap hakikat kehidupan. Dunia dianggap segalanya, sementara akhirat dilupakan. Rasulullah ﷺ bersabda: “Cinta dunia adalah pangkal segala keburukan.” (HR. Baihaqi)

 

Kisah Mereka yang Jauh dari Allah

Betapa banyak kisah orang-orang yang bergelimang harta, namun tak merasakan kebahagiaan sejati. Qarun, seorang yang diberi kekayaan melimpah, adalah salah satu contohnya. Allah menggambarkan kehidupannya:

“Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata, ‘Mudah-mudahan kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.’ Tetapi orang-orang yang diberi ilmu berkata, ‘Celakalah kamu! Pahala Allah lebih baik bagi orang yang beriman dan beramal saleh.’…”
(QS. Al-Qasas: 79-80)

Namun, kesombongan Qarun membawa kehancuran. Allah menenggelamkannya bersama hartanya, dan ia tidak mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.

Di zaman modern, kita pun melihat banyak orang kaya yg hidup dalam kesedihan, kecemasan, dan kehampaan meski memiliki segalanya. Ini adalah bukti bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa ditemukan ketika hati dekat dengan Allah.

 

Rasa Bahagia Adalah Anugerah dari Allah

Kebahagiaan bukan sekadar hasil dari materi atau keberhasilan duniawi, melainkan anugerah yang Allah limpahkan kepada hati yang dekat kepada-Nya. Allah berfirman:

“Barang siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik…”
(QS. An-Nahl: 97)

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Hati yang mengenal Allah, mencintai-Nya, dan bergantung kepada-Nya, akan merasakan kebahagiaan sejati yang tidak tergantikan oleh dunia seisinya.”

Rasa bahagia, rasa tenteram, bahkan kemampuan utk menikmati hidup yg sederhana, adalah semua tanda kasih sayang Allah. Ketika kita tidak merasakannya, mungkin itu adalah tanda bahwa hubungan kita dengan Allah sedang bermasalah.

 

Azab Bagi Mereka yang Menjauh dari Allah

Kehidupan dunia yang jauh dari Allah akan berakhir dengan penyesalan di akhirat. Allah berfirman:

“Dan mereka berkata, ‘Seandainya dahulu kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala.'”
(QS. Al-Mulk: 10)

Azab di akhirat tidak sebanding dengan kenikmatan dunia yang sementara. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Pada hari kiamat, didatangkan orang yang paling banyak merasakan kenikmatan dunia, tetapi dia termasuk penghuni neraka. Kemudian ia dicelupkan sekali ke dalam neraka, lalu ditanya: ‘Hai anak Adam, apakah kamu pernah merasakan kenikmatan? Apakah kamu pernah merasakan kebahagiaan?’ Maka ia menjawab, ‘Tidak, demi Allah, wahai Rabbku.’…”
(HR. Muslim)

 

Renungkan: Ada Apa dengan Dirimu dan Allah?

Ketika hati terasa jauh dari Allah, tanyakan pada dirimu sendiri, apa yg membuatmu tak yakin pada janji-Nya? Mengapa hukuman-Nya tak membuatmu takut? Dan apakah cintamu pada dunia lebih besar daripada cintamu kepada Sang Pencipta?

Mendekatlah kepada Allah. Dia slalu membuka pintu bagi siapa saja yang ingin kembali. Allah berfirman:

“Katakanlah, ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sungguh, Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'”
(QS. Az-Zumar: 53)

Dekatlah kepada Allah, karena hanya dengan-Nya kita akan menemukan jawaban dari setiap tanya yang kita temui dalam rangkaian takdir, sehingga hati akan menemukan kedamaian sejati:

“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)

Jangan tunggu hingga penyesalan datang, baik di dunia maupun di akhirat. Mulailah sekarang, karena tak ada kebahagiaan sejati selain hidup dalam Ridha-Nya. Semua orang berhak bahagia, kaya-miskin, bangsawan-jelata, laki-laki – Perempuan, termasuk anda.

Penulis: Qodrat SQ

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL