fbpx

Urgensi Kejujuran Dalam Kehidupan

Urgensi Kejujuran Dalam Kehidupan

Oleh DR.Muhammad Yusuf, MA

Sifat jujur merupakan faktor terbesar tegaknya agama dan dunia. Kehidupan dunia tidak akan baik, dan agama juga tidak bisa tegak di atas kebohongan, khianat serta perbuatan curang. Jujur dan mempercayai kejujuran, merupakan ikatan yang kuat antara para rasul dan orang-orang yang beriman dengan mereka.

Allah berfirman. “Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan orang yang membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Rabb mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik”. [Az zumar:33-34].

Tingginya kedudukan perbuatan jujur di sisi Allah, sehingga Allah SWT selalu gandengkan orang-orang yang jujur dengan para Nabi. Bahkan diantara sifat para Nabi adalah jujur. Sementara dusta adalah sifat yang sangat tercela. Bahkan Rasulullah SAW pernah bersabda : ”bahwa orang mukmin tidak akan pernah berbohong”.  Allah SWT memiliki sifat jujur dan benar, sebagaimana firman-Nya: ”Katakanlah: Benarlah (apa yang difirmankan) Allah.” Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik“. [Ali Imran :95].

Ini adalah pujian dari Allah untuk diriNya dengan sifat agung ini. Allah jujur (benar) dalam semua beritaNya, syari’ahNya, dalam kisah-kisahNya tentang para nabi dan umat-umat mereka. Allah berfirman : “Dan siapakah yang lebih benar perkataan(nya) daripada Allah“. [An Nisa:89]. Allah juga berfirman : “Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah“. [An Nisa :122]. Dalam ayat lain : ”Demikianlah Kami hukum mereka disebabkan kedurhakaan mereka; dan sesungguhnya Kami adalah Maha Benar“. [Al An’am:146].

Demikianlah Allah menyifatkan diriNya dengan sifat agung ini. Dia jujur dalam ucapan, perbuatan, janji, ancaman dan jujur dalam pemberitaan tentang kehidupan para nabi dan para wali-waliNya serta Allah jujur dalam pemberitaan tentang musuh-musuhNya yang kafir. Allah juga menyifatkan para nabiNya dengan sifat jujur. Lalu Dia mendukung para nabi itu dengan mukjizat dan tanda-tanda agung sebagai bukti kejujuran (kebenaran) mereka, dan untuk menghancurkan kebohongan para musuh Allah.

Diantara bentuk dukungan terbesar Allah kepada para nabi, ialah pemusnahan musuh-musuh Allah dengan topan, angin ribut, petir, gempa bumi, ada yang di tenggelamkan ke tanah dan air. Sementara para nabi dan pengikut mereka diselamatkan. Semua ini merupakan bukti dari Allah atas kejujuran para nabiNya, bahwa mereka benar utusanNya dan (sebagai) penghinaan kepada musuh Allah dan musuh para rasul.

Diantara para nabi yang disifati dengan sifat jujur dalam Al Qur’an, yaitu: Ibrahim, Ismail dan Idris. Allah menyifatkan mereka dengan sifat jujur. Ini menunjukkan kokohnya sifat itu pada diri mereka. Dan bahwasanya perkataan, perbuatan, janji serta perjanjian-perjanjian mereka, semuanya tegak di atas kejujuran.

Semua ayat dalam Al Qur’an, yang dengannya Allah menantang manusia dan jin untuk membuat yang serupa dengannya -namun mereka tidak bisa- merupakan bukti terbesar atas kejujuran Muhammad SAW, bahwa dia benar-benar Rasulullah dan penutup para nabi. Dan persaksian Allah bahwa Muhammad SAW penutup para nabi, juga merupakan bukti besar atas kejujurannya, karena tidak ada seorangpun yang mengaku menjadi nabi setelah beliau, kecuali pasti Allah Azza wa Jalla membuka kedoknya dan menyingkapkan aib serta kebohongannya. Bahkan tidak ada seorangpun yang berdusta atas nama beliau dengan membawakan sebuah perkataan yang disandarkan kepada nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, melainkan pasti Allah membuka kedoknya dengan penjelasan para pengikut risalahnya yang jujur, yaitu para ahli hadits dan yang lainnya.

Allah berfirman, “Sebenarnya dia (Muhammad) telah datang membawa kebenaran dan membenarkan raul-rasul (sebelumnya)”. [As Shaffat:37]. Kedudukan yang tinggi ini, Allah Azza wa Jalla berikan kepada hamba sekaligus rasulNya ; Muhammad SAW.

Allah Azza wa Jalla juga menerangkan sifat hamba-hambaNya yang beriman, yang jujur dalam keimanan, perbuatan, perjuangan dan perjanjian-perjanjian mereka. “Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa“. [Al Baqarah:177]. Dalam ayat lain : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar“. [Al Hujurat:15].

Allah juga berfirman memuji Muhajirin yang faqir dan semua sahabat beliau SAW. (Mereka) merupakan orang-orang jujur ; Anshar ataupun Muhajirin. “Bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-(Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya.Mereka itulah orang-orang yang benar”. [Al Hasr : 8].

Dan sungguh semua sahabat Rasulullah SAW telah mendapat pengakuan dan pujian dari Allah dalam Al Qur’an. Mereka juga dipuji oleh Rasulullah dalam banyak hadits. Diantara sifat mereka yang paling nampak dan jelas ialah kejujuran. Agama tidak akan bisa tegak, begitu juga dunia tidak akan baik, kecuali dengan sifat ini. Para shahabat yang jujur ini serta para pewaris mereka telah menyampaikan Kitab Allah dan Sunnah RasulNya kepada kita dengan penuh kejujuran serta amanah.

Para ulama juga menukilkan buat kita sejarah kehidupan para sahabat, kegigihan mereka dalam berbuat kebaikan dan kebaikan mereka (lainnya) yang mengungguli semua umat. Jadilah mereka umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia.

Allah SWT telah memuji para sahabat secara umum dengan sifat-sifat terpuji. Diantaranya adalah kejujuran. Berdasarkan itu semua, dalam aqidah Ahlussunnah wal Jamaah, tidak dibenarkan bagi umat Islam mencela siapapun dari para sahabat, karena mereka semua adalah orang-orang pilihan, terutama para khalifah, para sahabat yang pertama kali masuk Islam, dari kalangan Muhajirin, Anshar, pejuang pembelaan Islam dan yang ikut perang baik bersama Rasulullah SAW, maupun bersama para khalifah setelah Rasulullah. Mereka secara keseluruhan, adalah orang-orang yang jujur dengan keyakinannya. Iman mereka sesuai dengan perbuatan mereka, dan merekalah generasi terbaik umat ini.

Kisah kejujuran iman para sahabat, dapat dilihat pada cerita tiga orang sahabat yang menyesali perbuatannya dihadapan Rasulullah SAW, karena mereka tidak ikut serta bersama Rasulullah SAW pada perang Tabuk. Dan sahabat yang paling menonjol diantara tiga orang tersebut adalah Ka’ab Bin Malik RA; seorang sahabat yang diselamatkan dari neraka, kemunafikan, murka Allah dan murka RasulNya berkat kejujurannya. Kisah sahabat ini sudah sangat terkenal. Haditsnya juga masyhur dan panjang. Karena keterbatasan tempat, kisah Ka’ab akan disajikan pada edisi mendatang.

Wallahu a’lam.

RELATED ARTIKEL