fbpx

MAI Foundation Dalam Tata Kelola Bencana Indonesia

Tata Kelola Bencana IndonesiaData Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa data sementara per tanggal 4 januari tahun 2016, ada 1.681 kejadian bencana di Indonesia selama tahun 2015, banjir, longsor dan puting beliung masih tetap mendominasi bencana. Dari 1.681 kejadian bencana menyebabkan 259 orang tewas, 1,23 juta mengungsi, 25.192 unit rumah rusak (5.180 rusak berat, 3.760 rusak sedang, 16.252 rusak ringan), 498 unit fasum rusak. Tahun 2015 kejadian bencana mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014 sebesar 20%. Secara total dampak korban dan kerusakan yang ditimbulkan tahun 2015 mengalami penurunan dibandingkan 2014. Penurunan ini disebabkan curah hujan lebih kecil (intensitas, durasi, dan sebaran) dibandingkan 2014.

Dalam acara ASIA PACIFIC DISASTER REPORT 2015 Disasters Without Borders (Seminar setengah hari), Rabu (27/01/2015),yang digagas oleh UNESCAP (United Nation Economic and Social Comission For Asia and the Pacific/Kantor Komisi Ekonomi Sosial PBB untuk Asia Pasifik bekerjasama dengan Dompet Dhuafa yang dihadiri oleh para pembicara diantaranya Sugeng Triutomo (Platform Nasional), Sutopo Purwonugroho (BNPB), Mr. Masharo Ichimura (UNESCAP), Dauglas Broderic (UNSCAP), Syamsul Andriansyah (Dompet Dhuafa), Puji Pujoyanto (Regional Advisor UNESCAP).

Dalam laporannya Puji Pujiono (Region Advisor/UNESCAP) menyampaikan bahwa enanggulangan bencana tidak bisa dibatasi oleh batas – batas negara karena ini terkait dengan seismik, sungai, laut, dan kejadian gempa, badai dll, yang penanganannya tidak bisa dipisahkan dari rencana pembangunan yang berkelanjutan. Kerjasama konsolidasi data kebencanaan dengan lembaga –lembaga yang bergerak dalam penanggulangan bencana. Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, M. Si., APU., mengatakan “BNPB belum secara baik melakukan penilaian dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan dari bencana,” sementara itu bencana hidrometerologi (banjir, longsor dan puting beliung) masih akan mendominasi bencana selama 2016. Puncak bencana hidrometeorologi pada Januari-Februari 2016.

Aspek lainnya yang perlu diperhatikan saat melaporkan bencana, yaitu aspek – aspek etika jurnalistik, dan peran media cetak, elektronik maupun media sosial yang juga penting dalam penyebaran informasi kebencanaan. Sebelum terjadi bencana, media memiliki peran mengomunikasikan cara mencegah dan merespon bencana. Lalu, saat terjadi, media berfungsi sebagai pemberi informasi, baik itu suasana, kondisi, hingga kejadian aktual.

Dalam acara yang diikuti oleh lembaga – lembaga yang fokus terhadap kebencanaan, diantaranya adalah lembaga internasional Unicef dll, kedutaan Negara – negara asia pasifik, serta lembaga zakat seperti Dompet Dhuafa dan MAI Foundation terus berupaya untuk melakukan sinergi melalui forum – forum kajian yang produktif dalam memberikan sumbangsih bagi perbaikan tata kelola penanggulan bencana di Indonesia dan di dunia. Suasana yang hangat dan mengedukasi masyarakat perlu terus dibangun secara berkelanjutan.

RELATED ARTIKEL