fbpx

Persamaan Salat Tahajud dan Tarawih

Istilah tahajud dan tarawih memiliki pengertian yang berbeda, tetapi cara pelaksanaannya hampir sama. Kedua istilah ini sering juga disebut qiyamul lail (salat malam).

Pertama, tahajud yaitu salat yang dilakukan pada malam hari di luar bulan Ramadan, yang dilaksanakan setelah salat Isya dan diawali dengan tidur terlebih dahulu.

Allah subhanahu wa ta’ala memuliakan orang yang suka melakukan salat tahajjud. “Pada sebagian malam, lakukanlah salat tahajud sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (Q.S Al Isra’ [17]: 79)

Salat tahajud bisa dilaksanakan awal malam (setelah Isya), tengah malam atau akhir malam (menjelang Subuh/ sekitar jam tiga malam). Tetapi alangkah baiknya jika salat tahajjud dilaksanakan pada tengah malam yang terakhir (sekitar jam 2 atau 3 malam). Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis riwayat Imam Ahmad:

Suatu saat Abu Dzar r.a ditanya oleh seorang sahabatnya, “Kapankah waktu salat malam yang lebih utama?” Abu Dzar menjawab, “Saya pernah menanyakan kepada Rasulullah Saw, beliau bersabda, ‘Pada tengah malam yang terakhir, tetapi sedikit sekali yang suka mengerjakannya.’”

Setelah salat tahajud, kita diperbolehkan untuk tidur lagi, sebagaimana yang dijelaskan dalam riwayat berikut:

Aisyah r.a berkata, “Sesungguhnya Rasulullah Saw, salat malam sebelas rakaat termasuk di antaranya witir satu rakaat. Apabila beliau telah selesai salat, beliau tidur menghadap ke kanan, hingga datang waktu azan. Lalu beliau salat dua rakaat dengan ringkas.” (H.R. Muslim)

Sedangkan jumlah tahajud adalah sebelas rakaat, sebagaimana dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim.

Abu Salamah bin Abdurrahman r.a. bertanya kepada Aisyah r.a., “Bagaimana cara salat Nabi Saw dalam (malam) bulan Ramadhan?” Aisyah menjawab, “Beliau salat tidak lebih dari sebelas rakaat, baik dalam bulan Ramadan maupun di luar bulan Ramadan. Mula-mula, Beliau salat empat rakaat. Jangan tanya tentang bagus dan lamanya. Kemudian salat empat rakaat lagi, jangan tanya pula tentang bagus dan lamanya. Kemudian salat witir tiga rakaat.” Aisyah berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Saw; apakah beliau tidur terlebih dahulu sebelum witir?”

Maka Rasulullah menjawab, “Wahai Aisyah, kedua mataku memang kelihatan tidur, tetapi hatiku tidak.” (H.R. Muslim)

Tata cara pelaksanaan salat tahajud bukan hanya empat rakaat, empat rakaat, kemudian tiga rakaat, sebagaimana dijelaskan dalam riwayat di atas. Tetapi juga bisa dilakukan dua rakaat sebanyak lima kali kemudian witir satu rakaat.

Hal ini dijelaskan dalam hadis. Dari Aisyah r.a. dia berkata, “ Rasulullah Saw pernah salat (tahajud) antara waktu Isya dan Subuh sebanyak 11 rakaat. Kemudian salam pada setiap 2 rakaat, kemudian witir satu rakaat.” (H.R. Bukhari)

Kedua, tarawih, yaitu salat yang dilakukan pada malam hari di bulan Ramadan yang dilaksanakan setelah salat Isya. Hukum salat tarawih adalah sunah sebagaimana dijelaskan dalam hadis berikut. Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah Saw menganjurkan untuk mengerjakan salat pada malam bulan Ramadan, tetapi tidak mewajibkannya. Beliau bersabda, “Barangsiapa yang bangun pada malam bulan Ramadan karena iman dan mengharapkan keridaan Allah, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu.” (H.R. Jamaah)

Jumlah rakaat dan tata cara pelaksanaan salat tarawih sama dengan salat tahajud, yaitu 11 rakaat dengan formasi 4+4+3 atau 2+2+2+2+3. Menurut sebagaian besar ulama, salat tarawih lebih utama dilakukan secara berjamaah di masjid. Hal ini merujuk pada:

Kata Urwah bin Zubair, Aisyah bercerita kepadanya, “‘Rasulullah Saw. pernah keluar tengah malam lalu beliau salat di masjid. Mula-mula beliau diikuti oleh beberapa orang sahabat. Tetapi mereka saling mengabarkan bahwa Rasulullah Saw shalat di masjid. Sehingga yang mengikuti beliau akhirnya jadi bertambah banyak. Malam kedua beliau keluar lagi, dan para sahabat yang mengikuti beliau salat bertambah banyak. Pada malam ketiga, masjid sudah penuh. Pada malam keempat masjid penuh sesak sehingga tidak dapat menampung jamaah yang ada. Tetapi Nabi Saw tidak keluar lagi kepada mereka. Karena itu beberapa orang laki-laki di antara mereka berkata, ‘Salat!’ Namun Nabi Saw tidak juga keluar menemui mereka hingga Subuh. Setelah selesai salat Subuh, beliau menghadap kepada orang banyak, kemudian beliau tasyahud, lalu bersabda, ‘Aku tahu apa yang Anda lakukan tadi malam, tetapi aku takut kalau salat (tarawih) itu wajib atas Anda sekalian, sehingga Anda tidak sanggup mengerjakannya.’”

Keterangan ini menegaskan bahwa tarawih pernah dilakukan beberapa kali pada zaman Rasulullah Saw namun beliau tidak selanjutkannya karena khawatir dianggap wajib.

 

 

 

RELATED ARTIKEL