Zaman dahulu, tidak banyak orang ke kafe, kesannya tempat remang-remang, banyak asap rokok, menghabiskan banyak uang dan orang yang sering ke kafe seperti mendapat cap negatif dari masyarakat.
Akan tetapi, zaman sekarang bahkan anak sekolahan pun main ke kafe, karena banyak kafe yang menyajikan interior dan eksterior menarik untuk selfie, wi-fi cepat dan gratis, hidangan lezat, kopi nikmat, dan yang pasti… kafe saat ini memang sudah menjadi lifestyle.
Sebagian ulama ada yang menafsirkan hadits tersebut secara tekstual. Yakni siapa yang membangun masjid dengan menambah bagian kecil saja yang dibutuhkan, tambahan tersebut seukuran tempat burung bertelur; atau bisa jadi caranya, para jama’ah bekerja sama untuk membangun masjid dan setiap orang punya bagian kecil seukuran tempat burung bertelur; ini semua masuk dalam istilah membangun masjid. Karena bentuk akhirnya adalah suatu masjid dalam benak kita, yaitu tempat untuk kita shalat.
Ini artinya, kita sangat bisa menjadikan wakaf sebagai gaya hidup meskipun tidak memiliki banyak harta. Ada penawaran wakaf Rumah Sakit, meski hanya menyumbang 100 ribu ayo kita ikuti. Ada penawaran wakaf mushaf al Quran ayo kita ikutan, ada penawaran wakaf program air bersih, ayo sumbang juga! Ingatlah bahwa wakaf merupakan sedekah jariyah yang dapat terus mengalirkan pahala kebaikan untuk diri kita sekalipun kita sudah meninggalkan dunia ini.
Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan berkata, “Hadits ini jadi dalil akan sahnya wakaf dan pahalanya yang besar di sisi Allah. Di mana wakaf tersebut tetap manfaatnya dan langgeng pahalanya. Contoh, wakaf aktiva tanah seperti tanah, kitab, dan mushaf yang terus bisa dimanfaatkan. Selama benda-benda tadi ada, lalu dimanfaatkan, maka akan terus mengalir pahalanya pada seorang hamba.” (Minhah Al-‘Allam, 7: 11)