fbpx

MAI Foundation Hadiri Peluncuran E-Eksis Al Azhar dan BI

Ekonomi Islam, Al Azhar, MAI Foundation, JAKARTA – Mandiri Amal Insani (MAI) Foundation menghadiri sebuah peluncuran program sinergi yang  bertajuk E-eksis (Edukasi Ekonomi dan Keuangan Syariah Untuk Indonesia Sejahtera), Kamis, (6/4/2017) di Auditorium Arifin Panigoro, Gedung Universitas Al Azhar Indonesia. Acara yang merupakan kerja sama antara YPI Al Azhar dan Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia itu  bertujuan untuk membangun pondasi pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik tentang ekonomi dan keuangan sesuai prinsip/kaidah dengan cara mengedukasi, kaderisasi dan memberikan inklusi ekonomi serta keuangan syariah kepada seluruh masyarakat melalui komunitas Al Azhar se-Indonesia.

“Al Azhar senantiasa mendukung kemajuan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia, dan melalui program ini, Al Azhar secara komperhensif akan mempergunakan seluruh komunitas, asset dan jejaring Al Azhar yang tersebar di puluhan provinsi melalui ratusan sekolah serta masjid Al Azhar guna mendukung sosialisasi, edukasi  dan literasi program E-Eksis ini secara terarah dan berkesinambungan melalui jalur kurikulum sekolah dan universitas, konten ceramah di mimbar masjid, konten kursus serta pengajian rutin Al Azhar, materi pemberdayaan ekonomi bari para mustahik, dan juga sebagai konten peningkatan kapasitas keilmuan komunitas pemuda masjid Al Azhar,” papar Ketua Umum YPI Al Azhar, H. Muhammad Suhadi.

Peluncuran E-eksis ditandai oleh pemukulan gong dan penyematan pin kepada Imam Teguh selaku ambassador E-eksis oleh YPI Al Azhar dan Bank Indonesia. Setelah itu, dilanjut dengan executive lecture bertajuk ‘Konsepsi Ekonomi Islam dan Perkembangan di Indonesia’ dengan menghadirkan 3 (tiga) pembicara yaitu Rifki Ismal (Departemen Ekonomi dan Keuangan BI), Adiwarman Karim (Karim Consulting Indonesia) dan Sigit Iko Sugondo (Laznas Al Azhar).

Rifki Ismal dalam kuliahnya menjelaskan bahwa agar umat Islam menggapai Falah yang artinya kebahagiaan dunia akhirat. Untuk itu diperlukan pilar-pilar, salah satunya adalah adil dan seimbang sehingga  kemaslahatan bisa diraih. Lulusan Durham University itu juga berpesan agar jangan melupakan sosial dan bermuamalah dengan ekonomi Islam.

Selain itu, Rifksi juga menjelaskan tentang financial market untuk mendorong ekonomi syariah. Menurutnya, untuk masuk ke valas dan pasar modal syariah ke berbagai pelosok daerah seperti bank-bank syariah di daerah, hanya dengan Keputusan Presiden saja sebenarnya sudah bisa dilakukan. Namun tentunya, Presiden memerlukan back up research serta dukungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Sementara itu, Adiwarman Karim yang merupakan salah satu Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (MUI) menjelaskan kalau Indonesia itu sebagai kiblat ekonomi syariah. Untuk menuju ekonomi syariah, Indonesia memegang 3 prinsip hadits. Ketiga prinsip hadis itu adalah amantu billah tsummastaqim (aku beriman kepada Allah SWT kemudian istikomahlah), man lam yasykurinnas lam yasy kurillah (Siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia berarti tidak berterima kasih kepada Allah), dan khoirunnas anfauhum linnas (sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain).

Sigit Iko Sugondo yang merupakan Direktur Eksekutif LAZ Al Azhar membahas tentang zakat dan bagaimana caranya agar Indonesia bisa menjadi pemimpin ekonomi Islam di dunia.

Devi Widya Putri I yang mewakili MAI Foundation hadir ke acara menyampaikan antusiasnya. “Senang dapat hadir di acara tersebut. Banyak ilmu yang didapat terutama pada sesi executive lecture. Saya pun jadi tahu kalau lembaga zakat juga bisa bekerja sama dengan Bank Indonesia,” papar Devi. (MAI Foundation/Riana)

 

 

RELATED ARTIKEL