fbpx

MAI Foundation Bagikan Buku Pedoman Kerja untuk PMI Hong Kong

JAKARTA – Mandiri Amal Insani (MAI) Foundation menerbitkan buku pedoman kerja untuk pekerja migran Indonesia (PMI) di Negeri Beton. Buku yang diberi nama Panduan Pekerja Migran Indonesia di Hong Kong itu sudah mulai dibagikan saat launching pada tanggal 21 Agustus 2016 lalu di sebuah acara yang dihelat di Masjid Kowloon, Tsim Sha Tsui.

“Tujuannya, supaya mereka (PMI di Hong Kong) tidak mengalami guncang (kaget) budaya. Mereka jadi tahu keseharian di Hong Kong seperti apa, seperti mata uangnya, dan lain-lain,” kata General Manager MAI Foundation, Abdul Ghofur, saat ditemui Apakabar Plus di kantornya, di gedung Plaza Mandiri, Jakarta, Jumat (26/8) lalu.

Ghofur sendiri pernah bertugas sebagai General Manager Dompet Dhuafa Hong Kong, beberapa tahun silam. Ia mengaku prihatin, karena banyak PMI yang baru mengetahui keberadaan kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong setelah setahun bekerja. Padahal, sangatlah penting dan vital bagi seorang warga Indonesia mengetahui kantor perwakilan RI, sejak awal ia berada di luar negeri.

“KJRI memang memiliki kegiatan Welcoming Program. Namun sayangnya, saat itu tidak semua PMI diikutkan agensinya dalam Welcoming Program,” ujar Ghofur.

Salah satu yang memprihatinkan menurut Ghofur, terkadang persoalan yang dihadapi PMI di Hong Kong relatif sederhana, namun karena faktor tidak tahu, cukup merepotkan bagi mereka. “Saat saya sedang berada di kantor Bank Mandiri (di Keswick Street, Causeway Bay), mereka (PMI) menanyakan, ‘Pak, kalau saya menabung di sini, lalu kartu ATM-nya dibawa ke Indonesia, bisakah uangnya diambil di Indonesia?’ Itu kan sangat simple, tapi mereka bingung dan tidak tahu. Informasi seperti itu tidak sampai ke mereka,” ujarnya.

Selain memuat berbagai informasi dan pedoman untuk hidup dan kebutuhan sehari-hari, buku ini juga memuat informasi terbaru (up to date) tentang aturan hukum ketenagakerjaan di Negeri Beton. Juga, persoalan-persoalan lain yang butuhkan PMI.

“Masalah ketenagakerjaan mereka bisa lebih up to date, masalah keseharian juga mereka bisa lebih up to date, masalah keimigrasian juga bisa lebih up to date, dan budaya-budaya Hong Kong juga mereka bisa up to date lewat buku ini,” kata Ghofur.

Buku pedoman serupa, kata Ustadz Ghofur, pernah dibuat dan dibagikan oleh berbagai institusi. Buku tersebut kemudian dibagikan di bandara, saat PMI baru tiba di Hong Kong, atau di Tanah Air, saat PMI belum berangkat. Namun oleh beberapa agensi dan PT nakal buku tersebut disita.

“Jadi tetap saja, mereka ke rumah majikan tidak bawa apa-apa dan tetap tidak tahu apa-apa. Sehingga, mereka bingung kalau ada masalah,” ujarnya.

Kini, MAI Foundation pun menggunakan cara berbeda dalam mendistribusikan buku ini. Buku dibagikan secara gratis di forum-forum pengajian, lewat komunitas, di pasar-pasar, dan di tempat-tempat PMI Hong Kong biasa berkumpul dan berkegiatan.

“Buku kami bagikan setelah mereka bekerja di Hong Kong. Kalau mereka terima langsung, tidak terkait denan agensi (nakal), buku itu bisa dibaca dan disimpan.”

Untuk tahap awal, MAI Foundation mencetak buku Panduan Pekerja Migran Indonesia di Hong Kong sebanyak 1.000 eksemplar. “Dari 1.000 itu, mudah-mudahan ada masukan-masukan, baru kami cetak lagi, supaya bisa lebih sempurna,” ujar Ghofur.

 

Siapkan Buku Panduan Ibadah

Selain buku Panduan Pekerja Migran Indonesia di Hong Kong, MAI Foundation juga sedang menyiapkan penerbitan buku panduan beribadah untuk PMI Hong Kong. “Sedang proses, sedang kami siapkan,” kata Abdul Ghofur.

Sejak beberapa bulan lalu, MAI Foundation bekerja sama dengan beberapa organisasi dan institusi di Hong Kong telah mengirimkan beberapa ustadz dan ustadzah ke Negeri Beton. Salah satunya, dengan Nahdlatul Ulama Hong Kong. Para ustadz dan ustadzah itu kemudian berkeliling mengunjungi puluhan komunitas PMI, sambil memberikan tausiyah.

“Beberapa ustadz dan ustadzah yang sudah kami kirim ke Hong Kong sudah menghimpun banyak pertanyaan dan masalah ibadah yang mereka (PMI) hadapi. Pertanyaan-pertanyaan itu akan dijawab dan dirangkum menjadi buku. Jadi buku ini betul-betul hasil riset kecil-kecilan para ustadz yang kami kirim,” ujar Ghofur. [Razak]

 

#Pernah dimuat di Apakabar, salah satu koran lokal berbahasa Indonesia terbit di Hong Kong.

RELATED ARTIKEL