fbpx

MAI Bahagiakan Dhuafa dan Anak Yatim Desa Jayamukti

berbagi bahagia

 

MAINews, Garut – Tiga hari menuju Idul Fitri, Mandiri Amal Insani (MAI) Foundation terus menyalurkan bantuan hingga pelosok negeri. Setelah menempuh perjalanan hampir 6 jam dari Bandung, jarak yang jauh dengan pusat perkotaan serta kondisi jalan yang berliku, akhirnya tim MAI Region Bandung tiba di Desa Jayamukti, Kec. Cihurip, Kab. Garut, Jawa Barat, Selasa (12/06/2018).

Ramadhan adalah bulan penuh keberkahan di mana segala kebaikan pahalanya akan dilipatgandakan. Pada kesempatan kali ini, menyampaikan amanah para donatur, MAI Foundation Region Bandung telah menyalurkan bantuan berupa 150 paket takjil, 75 paket sembako, 75 paket sekolah dan santunan anak yatim.

“Alhamdulillah, kami (MAI) telah dipercaya oleh para donatur dalam mengelola dana zakat infak sedekah dan wakaf (ZISWAF) karyawan/ti Bank Mandiri. Karena ini amanah, maka kami mesti salurkan dengan tepat sasaran dan tepat guna. Kami mohon doa juga, kepada bapak/ibu yang telah hadir. Agar senantiasa mendo’akan para donatur kami. Semoga kebaikannya diganjarkan pahala, diberikan kesehatan, serta kelancaran dalam segala hal,” papar Widad, perwakilan MAI Region Bandung.

Menurut data, ada sekitar 1.200 jiwa miskin. Dari 1.200 jiwa, hanya 600 jiwa yang sudah tercover oleh pemerintah.

“Untuk itu, kami sangat berharap, jika masih ada kesempatan, semoga programnya dapat bergulir kembali di Desa Jayamukti, dengan kuantiti yang lebih banyak lagi tentunya,” pungkas Hamdani, Lurah Desa Jayamukti.

Penerima manfaat sangat bahagia dan bersyukur mendapat bantuan dari MAI Foundation. Seperti yang dituturkan oleh Nurul Aeni (11 tahun).

“Seneng dapat bingkisan sekolah, dapet buku, alat tulis. Semoga donaturnya Mandiri Amal Insani tambah maju, tambah sukses. Terimakasih Mandiri Amal Insani yang sudah memberikan bingkisan ini,” ungkapnya.

Tanggapan juga datang dari penerima bantuan sembako Ibu Titi (70 tahun) dan Ibu Atim (60 tahun) yang mengatakan rasa terima kasih atas bingkisan yang diperoleh. Untuk menutupi kebutuhannya, Ibu Titi bekerja menjadi tandur (buruh tani) sedangkan Ibu Atim beliau tidak bekerja. Untuk kesehariannya, Ibu Atim beliau dibiayai oleh anaknya yang masih dikategorikan kurang mampu.

 

RELATED ARTIKEL