fbpx

Luncurkan Buku Gerakan Santri Menulis, Pipiet Senja: Semangat Perubahan Karya Dari Dunia Pesantren 

MAINews, Borobudur – Media digital yang semakin canggih bagai pisau bermata dua. Banyaknya pemberitaan yang tidak sesuai kaidah jurnalistik dan fakta di lapangan menyebabkan Mandiri Amal Insani (MAI) Foundation melakukan sebuah program bernama Gerakan Santri Menulis. Tujuannya adalah untuk mencetak kader penulis atau mujahid pena yang mumpuni di kalangan santri.

Untuk mengemban misi tersebut, MAI Foundation memercayakan Pipiet Senja (Penulis Nasional) dan Asep Romli atau Kang Romel (Aktivis Media, blogger). Sejak awal 2017 hingga Ramadhan 2017, dari satu pesantren ke pesantren lainnya, mereka menebar bibit-bibit mujahid pena dengan tips-tips menulis handal dan mahir menjadi blogger. Pipiet Senja bagian meneror santri dengan ‘dakwah bil qolam’, sementara Kang Romel mencetak santri sebagai barisan Muslim Cyber Army.

Adapun pesantren yang menjadi tujuan ada 5 pesantren,yakni: 1. Pesantren Ashohwah di Lombok, 2. Pesantren Modern Babussalam di Pekanbaru, 3. Pesantren Husnul Khotimah di Kuningan, 4. Mahad Daruul Ukhuwah di Malang, dan 5. Pesantren Modern Al Amien di Madura. Para santri diminta menulis. Targetnya adalah membukukan hasil karya para santri.

Bersamaan dengan Public Training dan Talkshow bertema ‘Sekolah Tuntas Sekolah Berkualitas’ dihadiri sekitar 462 peserta di Gedung KPRI Sinar Dwija Borobudur Jalan Balaputra Dewa Km1 Brojonalan Magelang, Minggu, (7/1/2018), buku hasil Gerakan Santri Menulis resmi diluncurkan. Buku tersebut terdiri dari buku kelembagaan yang berjudul  Riak Biru di Lautan Amal, dan buku kumpulan cerpen Program Gerakan Santri Menulis berjudul Mahkota Surga dan Bintang-Bintang Pesantren.

“Alhamdulillah diluncurkan juga. Sebentar lagi akan ada resensi media nasional. Terima kasih MAI atas kerjasama yang mulia ini,” seru Pipiet Senja yang dihubungi via WhatsApp, (7/1/2018).

Wanita yang sudah melahirkan 193 buku itu berkeinginan bahwa Gerakan Santri Menulis itu tidak sekadar menumbuhkan semangat membaca dan menulis di kalangan santri, namun juga menciptakan semangat perubahan karya. Munculnya penulis-penulis muda dari dunia pesantren dapat menyampaikan ilmu agama tidak hanya melalui ceramah melainkan bisa melalui filosofi Islam yang tertuang melalui sastra yang bertata bahasa indah, mencerminkan Islam yang mencintai keindahan.

“Saya berharap, tulisan yang dihasilkan akan semakin bermutu dan semakin dalam menggali Islam dari mereka yang telah seumur hidup memetik saripati kitab-kitab sehingga bisa memikat masyarakat awam agar tertarik mendalami Islam,” pungkas Pipet Senja.

RELATED ARTIKEL