fbpx

Kisah Penderita Jantung Bawaan: Yuni, Aku Ingin Hidup Normal

Bak halilintar menyambar di siang panas terik, kabar tak sedap itu Yuni dapatkan. Air mata pun mengalir tanpa diminta. Bagaimana tidak? Saat-saat remaja yang harusnya ia habiskan dengan ceria dan aktif, Yuni harus bisa menelan pil pahit kehidupan. Gadis itu harus menerima kenyataan bahwa di usianya yang menginjak 15 tahun, satu penyakit bersarang di tubuhnya.

Yuni menengok kepada ibunya yang kini menjadi tonggak keluarga. Sama dengan dirinya, Ibunya pun menangis. Dirinya sungguh bingung. Penghasilannya sebagai pekerja rumah tangga hanya cukup untuk kebutuhannya sehari-hari. Ditambah dengan penyakit anaknya tersebut, Saliyem yang merupakan janda tiga anak harus memeras otaknya untuk membagi penghasilannya itu antara untuk biaya berobat anaknya dan memenuhi kebutuhan lainnya.

Namun begitu, kehidupan haruslah dijalani. Kendati masa remajanya yang digerogoti penyakit, Yuni tak pernah patah arang. Setelah mengetahui penyakit yang dideritanya selepas lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP), gadis itu tetap bersikeras melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA).

Tak ada satu pun dari temannya yang tahu akan penyakitnya itu. Yuni menutup rapat kekurangannya. Hingga di kelas 2 Sekolah Menengah Atas, Yuni memberanikan diri untuk jujur. Banyak temannya yang tidak percaya akan kondisi yang Yuni alami. Setelah tahu akan apa yang diderita gadis itu, namun teman-teman Yuni tidak pernah mengolok-oloknya. Bahkan sebelum Yuni berangkat ke Jakarta untuk operasi, teman-temannya datang menjenguk, menyemangati gadis itu agar cepat sembuh. Hal inilah yang menyebabkan wajah Yuni ceria dibalik kondisinya yang memprihatinkan, yang meski dalam keadaan sakit sekalipun, Yuni telah menyelesaikan pendidikan di SMA.

Bercerita tentang pengobatannya, Yuni pernah dibawa ke rumah sakit daerah di Kab. Solok. Di rumah sakit itu, Yuni mendapat rujukan berobat ke Rumah Sakit Dr. M. Djamil, Padang, karena ketersediaan fasilitas rumah sakit yang tidak memenuhi. Begitu sampai di Rumah Sakit Dr. M. Djamil, Padang, Yuni dirujuk untuk berobat ke Rumah Sakit Harapan Kita.

Masalah lain menghampiri. Dengan ibunya ke Jakarta berarti harus rela melepas pekerjaan yang telah lama membantu menafkahi keluarganya itu. Ia yang tidak tahu tentang kehidupan keras di Jakarta dituntut untuk bisa beradaptasi dengan keadaan.

Allah yang mendengar doa Saliyem akhirnya mengabulkan doanya. Di penghujung harap, ia dikenalkan dengan Rumah Sehat Mandiri MAI Foundation, sebuah rumah singgah untuk Yuni dan Saliyem tempati ketika di Jakarta. Setelah beberapa kali melakukan pemeriksaan, Alhamdulillah Yuni dijadwalkan akan dioperasi bulan April 2017 mendatang.

Yuni, gadis pengidap penyakit jantung bawaan itu berharap agar setelah diperasi, ia ingin bisa seperti remaja lainnya, yang sehat, yang normal, yang bisa melakukan aktivitas serta bisa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. (MAI Foundation/Riana)

Baca Juga: Kisah masuk Islam Seorang Mantan Perwira Polisi AS di Detroit

 

RELATED ARTIKEL