fbpx

Ketika Anggota Tubuh Kita Bersaksi

 

 

Ketika Anggota Tubuh Kita Bersaksi

Oleh: Dr. M. Yusuf Siddik, MA

 

Allah SWT berfirman :

الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Artinya: “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (Qs. Yasin : 65)

Ayat diatas adalah salah satu ayat yang sering dibaca oleh umat Islam di Indonesia, terutama pada malam Jumat. Saya tidak membahas tentang khilafiyah terkait membacanya di malam Jumat, karena prinsipnya, Yasin adalah bagian dari Al Qur’an yang dianjurkan untuk selalu kita baca, bahkan Nabi SAW menyebutnya sebagai jantung Al Qur’an.

Salah satu yang menjadikan sebagian ulama menganjurkan selalu membaca Yasin, terutama saat kematian, di samping ada banyak hadits tentang keutamaannya, juga karena surah Yasin banyak mengingatkan hal-hal terkait setelah kematian.

Ayat di atas adalah salah satunya. Dimana Allah SWT pada ayat tersebut menyebutkan, bahwa anggota tubuh kita, diantaranya tangan dan kaki akan bersaksi atas apa yang telah kita perbuat. Karena anggota tubuh yang Allah SWT berikan kepada kita adalah nikmat yang besar yang harus kita syukuri. Betapa banyak orang yang tidak dikarunia penglihatan, pendengaran, lidah yang mampu berbicara dengan baik, tangan yang mampu memegang, kaki untuk melangkah, bahkan nafsu birahi untuk menikmati surga dunia yang telah dihalalkan bagi manusia.

Nikmat-nikmat yang sangat berharga itu, hendaknya kita syukuri, dengan cara memuji dan mengagungkan Allah selalu, dengan memperbanyak tasbih, tahmid, takbir dan tahlil, serta menggunakannya di jalan yang diridhoi Allah SWT.

Mata yang diberikan Allah, hendaknya kita gunakan untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah, keindahan yang dihalalkan serta menghindari apapun yang membahayakan. Orang yang tidak dikarunia mata akan melihat dunia ini seperti dalam kegelapan selamanya. Namun, pernahkah kita menyadari saat kita tidak mampu membedakan hal-hal yang boleh dilihat dan yang tidak boleh dilihat, sama seperti orang yang buta yang tidak mampu membedakan antara yang membahayakan (membawa kepada neraka) dan yang tidak membahayakan. Mata seharusnya membantu kita mendekatkan diri kepada Allah, bukan kita gunakan untuk melihat yang diharamkan Allah, seperti wanita yang bukan mahram.

Begitu juga telinga, Allah ciptakan untuk kita gunakan mendengar kalamullah (Al Qur’an), sunnah Rasulullah (hadits), kata-kata hikmah dari para wali (orang yang dekat dengan Allah) serta mendengar ilmu-ilmu yang mendekatkan diri kita kepada Allah. Jika kita gunakan untuk mendengar yang dilarang, atau yang menjauhkan diri kita dari Allah, maka kita telah menggunakan nikmat Allah di jalan yang tidak diridhoi Allah. Imam Ghozali mengatakan: “Puncak durhaka adalah, jika engkau gunakan nikmat Allah untuk hal-hal yang dilarang Allah SWT”.

Lidah diberikan kepada kita untuk menyebut nama Allah SWT, membaca Al Qur’an, mengajak sesama ke jalan Allah serta mengungkapkan isi hati kita untuk kemaslahatan kita, bukan hanya dunia tapi juga akhirat. Lidah adalah yang paling banyak membawa seorang kepada neraka. Rasulullah SAW bersabda: “Betapa banyak orang yang terjerumus ke dalam neraka jahannam karena lidah mereka”. (HR. Muslim). Imam Ghazali mengatakan: “hindari dari menggunakan lidah untuk berbohong, ghibah (membicarakan kejelekan orang lain), berjanji yang belum yakin mampu memenuhinya, mencaci maki orang lain, mengungkapkan kata-kata kasar yang menyakiti orang lain dan lain-lain yang terlarang”. Karena lidah adalah nikmat Allah yang diberikan kepada manusia, justru sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah.

Masih banyak anggota tubuh kita yang lain, yang semua harus kita jaga dari perbuatan maksiat, karena jika digunakan untuk selain yang diridhoi Allah, maka Allah akan murka, dan azab Allah telah menanti di akhirat nanti, dimana kita tidak bisa mengelak, karena semua anggota tubuh kita akan bersaksi atas apa yang telah kita lakukan.

Wallahu a’lam.   

 

 

RELATED ARTIKEL