fbpx

Haruskah Kita Berihsan?

                                                                      Sumber: https://www.dictio.id

Dalam Hadist ‘Arbain no.2 Rasulullah ditanya oleh seorang lelaki yang ternyata itu adalah malaikat Jibril, beliau ditanya tentang Rukun Iman, Rukun Islam, Ihsan, dan tentang hari kiamat. Dalam hadist tersebut Rasulullah menuturkan bahwa Ihsan adalah :

أنْ تَعْبـــُدَ اللَّهَ كَأَنَّــكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

Artinya : “Ihsan itu engkau beribadah kepada Allah seakan–akan engkau melihatNya. Meskipun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu”. (HR Muslim)

Dalam redaksi tersebut kita bisa melihat dua tingkatan ihsan. Kita bisa lihat dari kalimat pertama ‘Engkau beribadah kepada Allah seakan–akan engkau melihatNya’ dan dari kalimat kedua ‘Meskipun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu’. Apakah kedua kalimat tersebut berbeda? Meskipun dua kalimat itu mempunyai makna yang sama, namun menunjukkan tingkatan yang berbeda.

Kalimat pertama dianggap memiliki nilai lebih utama dibandingkan dengan kalimat kedua. Karena konsekuensi dari kalimat pertama akan menghasilkan seseorang yang berlaku sungguh–sungguh dalam setiap ibadahnya. Kita senantiasa menghadirkan Allah dalam setiap apa yang kita lakukan. Kita akan menunaikan kewajiban kita dengan sungguh–sungguh dan penuh kekhusyuan. Bukan hanya untuk menggugurkan kewajiban saja, namun kita benar–benar melakukan yang terbaik. Sedangkan konsekuensi dari kalimat kedua, ia akan lebih waspada dan berhati–hati karena merasa takut akan berbuat salah. Kita akan merasa selalu diawasi dan apapun yang kita lakukan akan dilihat oleh Allah SWT.

Terlepas dari tingkatan tersebut, tujuan akhirnya tetaplah sama yaitu melakukan yang terbaik. Ibaratnya ketika kita bekerja dan berhadapan dengan bos kita secara langsung, akankah kita berlaku tidak sopan atau malas–malasan? Pastinya kita akan menampilkan kinerja yang paling baik dihadapan bos kita, apalagi berhadapan secara langsung. Atau ketika kita bekerja di tempat yang diawasi oleh CCTV. Meskipun tidak berhadapan langsung dengan bos, tetapi kita tahu bahwa bos kita akan melihat gerak–gerik kita selama bekerja dari sistem monitor CCTV tersebut. Maka apa yang kita lakukan? Tentunya kita akan melakukan yang terbaik pula. Kita akan hati–hati setiap melakukan suatu tindakan karena bos kita akan melihatnya. Namun jika dibandingkan hasil pekerjaannya saat berhadapan dengan bos secara langsung dan saat bosnya hanya melihat dari CCTV, biasanya kita akan lebih bersungguh–sungguh ketika berhadapan secara langsung.

Demikianlah ihsan yang diajarkan oleh Rasulullah. Ketika kita sedang beribadah kita harus menghadirkan Allah dan merasa bahwa kita sedang berhadapan denganNya sehingga kita akan senantiasa melakukan ibadah dengan khusyu dan khudhu. Kita tidak akan berani melakukan perbuatan yang melanggar perintah Allah karena kita yakini bahwa Allah selalu melihat kita. Orang yang berihsan dalam beribadah akan berpenampilan sebaik mungkin. Berdandan dengan rapi, memakai pakaian suci dan bersih, disertai dengan keikhlasan dari hatinya. Hal ini pula yang akan kita lakukan dalam beribadah meski kita tak benar-benar melihat Allah, karena kita merasa selalu dilihat oleh-Nya sehingga kita tetap berpenampilan yang terbaik.

Orang yang senantiasa menanamkan ihsan dalam dirinya, ia tidak akan mampu bersikap curang maupun menyimpang. Karena ia – dimanapun dirinya berada, akan selalu berada dalam pengawasan Allah SWT. Kita tidak akan pernah bisa lari dari pengawasan Allah. Sekalipun baru terbesit dalam hati, Allah sudah tentu tahu apa yang ada dalam pikiran hambaNya. Seorang muslim seharusnya menerapkan Ihsan bukan hanya dalam beribadah saja. Namun kita harus menerapkannya dalam setiap sendi kehidupan kita. Agar perilaku kita bisa terkontrol dalam jalan yang lurus. Dengan berihsan, seorang siswa tidak akan mencontek dalam ujian, karena meskipun gurunya tidak tahu namun ada Allah yang selalu tahu. Seorang pejabat tidak akan korupsi, karena meskipun KPK luput dalam mengawasi namun ada Allah yang selalu mengawasi. Dengan berihsan, seorang hamba akan selalu mempersembahkan amal terbaiknya karena ia tahu Allah selalu melihatnya. (esa/hal).

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL