fbpx

Apa Perbedaan Antara Infaq dan Shodaqoh Serta Urgensinya

Islam mengajarkan kepada umatnya untuk menginfaqkan atau mensedekahkan sebagian harta yang telah didapatkan. Karena setiap harta yang didapatkan, pasti ada hak orang lain di dalamnya. Kita sering mendengar istilah infaq dan sedekah. Lantas, adakah perbedaan dari kedua istilah tersebut? Sama-sama kita ketahui kedua istilah ini mempunyai makna yang sama yaitu memberi. Apa itu infaq dan apa itu sedekah?

Infaq menurut bahasa, berasal dari kata anfaqo-yunfiqu artinya membelanjakan atau membiayai. Menurut kamus bahasa Indonesia, infaq adalah mengeluarkan harta yang mencakup zakat dan non zakat. Sedangkan menurut terminologi syariat, infaq yaitu mengeluarkan sebagian dari harta, pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Menurut tafsiran para ulama, orang yang suka bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Secara definisi syariat, makna shadaqah adalah tahqiqu syai’in bisya’i yaitu menetapkan atau menerapkan sesuatu pada sesuatu.

Ruang lingkup sedekah lebih luas cakupannya daripada infaq. Jika infaq hanya berbentuk materi maka sedekah tidak hanya berbentuk materi tetapi non materi (tenaga, pikiran bahkan gerakan tubuh). Contohnya seperti tersenyum kepada orang lain, membantu seseorang yang sedang kesusahan dalam bentuk tenaga serta mengajarkan ilmu bermanfaat kepada orang lain

Jika zakat mempunyai ketentuan, berapa banyak harta yang harus dikeluarkan dan kriteria orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahik). Serta siapa saja orang yang wajib membayar zakat. Dalam infaq dan sedekah tidak ditentukan berapa banyak harta yang harus dikeluarkan. Semua orang bisa bersedekah sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Baik kepada kedua orang tua, kerabat, sahabat maupun orang yang tidak dikenal.

Infaq atau sedekah termasuk dalam amal jariyah (mengalir). Jika kita berinfaq untuk pembangunan masjid maka selama masjid itu masih dipakai untuk beribadah, pahalanya terus mengalir ke diri kita. Sama halnya dengan kita mengajarkan ilmu yang bermanfaat kepada orang lain. Contohnya saat kita mengajarkan membaca Al Qur’an kepada anak-anak dan anak itu menjadi mahir membaca Al-Qur’an. Setelah itu, ia mengajarkannya lagi kepada orang lain. Maka pahala itu terus mengalir dalam diri kita. Ada salah satu hadits yang berbunyi “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan atau doa anak yang sholeh” (HR. Muslim no.1631). Begitu besarnya pahala sedekah sampai orang-orang yang sudah meninggal dunia ingin dihidupkan lagi hanya karena ingin bersedekah. Oleh karena itu, selama masih hidup di dunia perbanyaklah bersedekah agar tidak menyesal di kemudian hari. (hal).

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL