fbpx

Antisipasi Bencana Banjir, ITB Bangun Aplikasi Mitigasi

 

MAINews, Bandung – Insitut Teknologi Bandung (ITB) membangun aplikasi FEWEAS untuk mendukung mitigasi bencana banjir di sekitar Daerah Aliran Sungai Citarum dengan dukungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Barat, BBWS Citarum, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, PUSAIR hingga Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.

Ahli meteorology ITM yang memimpin tim pembangunan FEWEAS, Dr Armi Susandi menyatakan sistem peringatan dini dan aksi dini (Flood Early Warning and Early Action System/FEWEAS) adalah aplikasi berbasis sistem Android, iOS dan Web Based untuk mengantisipasi bencana banjir di sekitar Daerah Aliran Sungai Citarum.

“FEWEAS Citarum merupakan generasi kedua setelah FEWEAS sebelumnya dibangun untuk wilayah sungai Bengawan Solo,” kata Armi dalam siaran pers Direktorat Humas dan Alumni ITB, Jumat, (9/3/2018).

Karena pengadaan dan perawatan stasiun pengamatan tergolong mahal, ia menjelaskan, ITB bekerja sama dengan Perum Jasatirta II untuk tiga belas titik pos duga air di DAS Citarum yang terhubung dengan aplikasi FEWEAS.

Titik pod duga air itu berada di Siphon Cibebet, Jengkol Weir, Macan Weir, Gadung Weir, Salamdamra Weir, Bendungan Cikarang, Bendungan Cibeet, Siphon Bekasi, Bendungan Walahar, Tailrace, Majalaya, Bendungan Cisomang.

“Selain itu juga ditambah dukungan dukungan 12 pos curah hujan dan enam pos cuaca yang tersinkronisasi dengan aplikasi FEWEAS,” kata Armi.

Ia menjelaskan bahwa sistem FEWEAS menggabungkan informasi prediksi cuaca dan prediksi genangan dengan akurasi tinggi dan mudah digunakan oleh masyarakat umum, yang juga bisa membagikan informasi melalui aplikasi itu.

“Informasi yang dikirim FEWEAS adalah prediksi jangka pendek, menengah dan informasi observasi near real time,” kata dia.

Prediksi jangka pendek di antaranya meliputi status kewaspadaan banjir, genangan, tinggi muka air, dan cuaca dalam interval satu jam untuk tiga hari ke depan. Prediksi jangka menengah mencakup kerentanan banjir dalam interval 10 hari untuk lima tahun ke depan.

Sementara data pengamatan curah hujan dan tinggi muka air sepanjang DAS Citarum didapat dengan bantuan peralatan seperti Automatic Weather Station (AWS) untuk pengamatan cuaca, Automatic Water Level Recorder (AWLR) untuk mengukur tinggi muka air, dan Automatic Rain Gauge untuk mengukur curah hujan.

Untuk mengirimkan prediksi bencana kepada masyarakat, FEWEAS dilengkapi dengan fitur Common Alerting Protocol (CAP), yang mengumumkan status kewaspadaan dan mengirimkan informasinya secara otomatis lewat web, Android/iOS, atau SMS.

Pada aplikasi ini terdapat pula pilihan adaptasi untuk mengurangi level kerentanan bencana banjir dari hulu ke hilir untuk lima tahun ke depan.

Armi mennjelaskan pula bahwa untuk proyek percontohan FEWEAS saat ini telah digunakan oleh masyarakat untuk mengantisipasi banjir di daerah aliran Sungai Bengawan Solo yang melewati Jawa Tengah dan Jawa Timur.

 

sumber: antaranews

 

RELATED ARTIKEL