fbpx

Amil Goes To Campus Dorong Mahasiswa Jadi Amil Profesional

 

 

MAINews, YogyakartaAmil Goes To Campus digelar di Auditorium Prof Dr Sukadji Ranuwiharjo MM FEB Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, pada Senin, (23/4/2018). Sejumlah pakar dihadirkan untuk mengisi gelaran pertama yang membahas tema “Gantungkan Cita-cita Kita Menjadi Amil dan Fundraiser Kekinian”. Diantaranya: Bambang Suherman (Ketua Umum Forum Zakat Nasional 2018-20121), Ifran Junaedi (Pimpinan Redaksi Harian Republika), Abdul Ghofur (Direktur MAI Foundation, Penulis buku Tiga Kunci Fundraising), Achmad Akbar Susamto, Ph. D (Ketua Korps Alumni FOSSEI, Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis Syariah FEB UGM), Rizki Okto Priansyah (Direktur LAZNAS BSM) serta keynote speech oleh H. Muhammad Fuad Nassar, S.Sos, M.Sc (Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementrian Agama Republik Indonesia).

Amil Goes To Campus menurut Abdul Ghofur merupakan sarana untuk zakat berkelanjutan. Mahasiswa kelak menjadi amil sebagai profesi kebanggaan yang utama, bukan profesi alternatif, terlebih profesi karena tidak ada pilihan lainnya. Untuk itu, mahasiswa harus diberi pengetahuan dan pemahaman tentang Amil kepada mahasiswa di setiap kampus, sehingga mahasiswa mengetahui industri zakat untuk dijadikan sasaran berkarir pada saat pasca kampus

“Menjadi amil itu tidak ada yang sulit. Yang sulit itu ketika kita mengikhlaskan diri untuk menjadi seorang amil yang profesional,” ujar Ghofur.

Menjadi amil berarti harus siap menajdi fundraiser. Fundraiser itu tugasnya mencari uang dan yang berkepentingan bukan hanya lembaga zakat, melainkan keterampulan mencari uang akan sangat bermanfaat untuk siapapun yang senang mengelola lembaga nirlaba. Unit Kegiatan Mahasiwa adalah organisasi nirlaba yang seharusnya tidak hanya mengandalkan dana fakultas/universitas. Pada kesempatan itu, Penulis buku Tiga Kunci Fundraising berbagi ilmu mengenai cara fundraising yang profesional.

“Hilangkan kebiasaan-kebiasaan yang kurang tepat dalam fundraising. Misal, ketika ada kegiatan, proposalnya di-fotokopi sebanyak 20, lalu disebarkan ke berbagai instasi. Tidak hanya itu, proposal juga malah diberikan kepada security atau customer service. Padahal berdasarkan pengalaman saya, lebih baik proposal itu customize. Artinya, bila mau kirim ke lembaga x dan lembaga y, proposalnya harus beda, lalu sampaikan proposal tersebut minimal kepada asisten yang memutuskan,” ujarnya.

Amil Goes to Campus ini dibuka oleh Iwan Rudiyana selaku Pengurus MAI Foundation dan diikuti 230 lebih peserta. Harapannya, kegiatan dapat terus berkembang dalam gelaran-gelaran selanjutnya, tidak lain demi meningkatkan literasi filantropi di tengah-tengah perguruan tinggi.

 

 

 

 

RELATED ARTIKEL