fbpx

Ahmad Septiana: Bocah Penderita Jantung Bocor dan Usaha Ibu yang Tidak Pernah Menyerah

 

penderita jantung bocorTak terbayangkan rasanya ketika memiliki anak yang memiliki kelainan pada tubuhnya. Itulah yang dialami Manisem (50 tahun). Dari 10 anak yang lahir dari rahimnya, sebagai anak bungsu, Ahmad Septiana (6 tahun) penderita jantung bocor serta penyempitan pembuluh darah sejak lahir. Mengetahui hal itu, sontak Manisem terkejut hingga membuatnya sakit selama 3 tahun. Penyebabnya adalah karena ia kebingungan mencari cara untuk dapat mengobati penyakit anaknya itu. Suaminya yang hanya sebagai petani dengan penghasilan yang pas-pasan tentu tidak dapat membiayai pengobatan anaknya itu. Apalagi saat itu belum ada BPJS, sementara sang ibu hanya sebagai ibu rumah tangga saja.

Kondisi sang anak semakin lama semakin parah, bahkan hanya untuk tidur saja ia tidak bisa. Ahmad harus tidur dengan posisi membungkuk karena dadanya sering terasa sesak dan sakit. Ahmad kadang tidak bisa makan selama beberapa hari, tidak bisa berjalan dan bahkan sering mengalami kejang-kejang.

Namun naluri serta perasaan sang ibu mengatakan bahwa ia tidak bisa jika harus tinggal diam saja, ia pun memberanikan diri dan berusaha sekuat tenaga untuk mengobati anaknya itu bagaimanapun caranya walaupun dengan meminjam uang kesana kemari. Mulai dari bank harian, tetangga serta keluarga. Jika ditotal, jumlah utangnya saat ini mencapai 10 juta rupiah yang belum bisa ia lunasi.

Hal ini berbeda denga sikap dan pernyataan suaminya yang membuat Manisem menjadi sangat sedih. Suaminya putus asa dalam mengobati Ahmad.

“Sudahlah, anak ini tidak perlu diurus lagi,” ujarnya suatu ketika.

Tak peduli denga suaminya, Manisem membawa sang anak ke RS Pangandaran dengan uang secukupnya dan mendapatkan penanganan dari dokter dan harus rawat jalan selama beberapa bulan. Setelah itu, ia dirujuk ke RS Banjar Patoman dengan biaya dari belas kasih dokter di RS tersebut. Ahmad harus melakukan rawat jalan 1 bulan sekali selama 5 tahun. Setelah itu ia pun dirujuk kembali ke RS Hasan Sadikin pada bulan Januari 2017 guna mendapatkan perawatan lebih layak lagi mengingat peralatan RS sebelumnya kurang memadai. Dan iapun dirawat di RS Hasan Sadikin Bandung selama 6 bulan. Selama berobat di RS Hasan Sadikin Bandung ia tinggal di Rumah Harapan Indonesia (RHI) yaitu sebuah rumah singgah khusus anak-anak dari keluarga yang kurang mampu. Saat melakukan pengobatan di RS Hasan Sadikin Bandung tepatnya setelah dilakukan operasi pencabutan gigi, Ahmad sempat mengalami koma selama 1 bulan.

Sampai akhirnya iapun dirujuk kembali untuk berobat di RS Harapan Kita untuk tindakan operasi jantungnya. Dan lagi-lagi iapun kembali dibiayai oleh dokter untuk transport ke RS Harapan Kita Jakarta. Kebetulan saat hendak berangkat ke Jakarta kartu BPJS telah selesai dibuat. Ia berangkat pada tanggal 8 Mei 2017. Pada tanggal 17 Mei, Ahmad menjalani operasi jantung yang pertama. Sebelum ia tinggal di Rumah Sehat Mandiri, selama pengobatan dan perawatan di RS Harapan Kita, keluarga Ahmad tinggal dan tidur di ruang tunggu Rumah Sakit bahkan tak jarang ia harus tidur di lorong-lorong kamar Rumah Sakit.

Alhamdulillah, operasi tersebut berjalan dengan lancar. Kondisi Ahmad pun berangsur membaik dari sebelumnya. Tawanya terkembang, sudah bisa bermain bahkan bisa berlari dengan teman sebayanya.

Melihat kondisi anaknya tersebut, perasaan Manisem senang bukan main. Ditambah lagi saat ini mereka tinggal di Rumah Sehat Mandiri yang meskipun banyak pasien tinggal, namun dukungan dan doa tetap menguatkan satu sama lain.

“Mudah-mudahan program Rumah Sehat Mandiri tetap ada sampai kapanpun dan bisa dibuat juga di daerah-daerah lain karena masih banyak yang membutuhkan program seperti ini,” ujar Manisem dengan penuh harap dan mata berkaca-kaca.

RELATED ARTIKEL